Selasa 01 Feb 2022 19:33 WIB

Aksi Bisu Peringati Satu Tahun Kudeta Militer Myanmar

Warga sengaja memilih diam di rumah masing-masing peringati setahun kudeta Myanmar

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Polisi berjaga di jalanan yang lengang di Yangon, Myanmar pada Selasa (1/2/2022). Warga sengaja memilih diam di rumah masing-masing peringati setahun kudeta Myanmar.
Foto: EPA
Polisi berjaga di jalanan yang lengang di Yangon, Myanmar pada Selasa (1/2/2022). Warga sengaja memilih diam di rumah masing-masing peringati setahun kudeta Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON - Jalan-jalan di beberapa kota utama Myanmar pada Selasa (1/2/2022), sepi. Tak ada kesibukan atau hiruk pikuk seperti biasanya. Masyarakat di sana memang sengaja memilih diam di rumah masing-masing dan tak beraktivitas. Mereka melakukan "aksi bisu" untuk memperingati satu tahun kudeta militer terhadap pemerintahan sipil di negara tersebut. 

Di Yangon, kota terbesar di Myanmar, jalanan lengang. Hanya ada beberapa warga yang masih hilir mudik. Pemandangan demikian turut berlangsung di beberapa kota lainnya. Sementara sehari sebelumnya, yakni pada Senin (31/1/2022), denyut kota Yangon masih terasa. Banyak warga berbelanja kebutuhan pokok. Tampaknya itu merupakan persiapan sebelum mereka melakukan "aksi bisu".

Baca Juga

Sejumlah toko di Yangon masih buka pada Selasa. Otoritas Myanmar yang kini dipimpin junta telah mengancam akan menangkap para pelaku bisnis jika mereka tutup atau tak beroperasi pada hari peringatan satu tahun kudeta. Akibatnya, sebagian dari mereka lebih memilih buka. Namun menurut laporan surat kabar Myanmar Alinn Daily, ada juga puluhan pedagang yang ditangkap karena mengumumkan tutup.

Sebelum peringatan satu tahun kudeta tiba, para aktivis di Myanmar memang telah menyerukan warga untuk tak keluar rumah dan beraktivitas pada 1 Februari. Mereka pun meminta para pelaku bisnis untuk menutup usahanya pada hari tersebut. "Kami mungkin akan ditangkap dan menghabiskan hidup kami di penjara jika kami beruntung. Kami mungkin akan disiksa dan dibunuh jika tidak beruntung," ujar Nan Lin, seorang aktivis pemuda Myanmar. 

Militer Myanmar pun berusaha mencegah "aksi bisu" tersebut dengan melayangkan ancaman, termasuk kepada para pelaku usaha. Selama tiga hari terakhir, militer menangkap 70 orang yang mengampanyekan "aksi bisu" lewat media sosial.

Kendati demikian, di beberapa kota, sejumlah warga Myanmar justru menggelar unjuk rasa untuk memberi dukungan kepada militer. Di ibu kota Naypyitaw, misalnya, ribuan warga menggelar pawai pada Selasa. Dalam aksinya mereka mengumandangkan dukungan untuk pemimpin militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing. Sejumlah peserta aksi mengacung-acungkan foto Min Aung Hlaing.

Sejumlah menteri luar negeri termasuk Australia, Inggris, Korea Selatan (Korsel), Amerika Serikat (AS), Kanada, termasuk Uni Eropa, telah membuat pernyataan bersama. Mereka mendesak masyarakat internasional menghentikan aliran senjata ke Myanmar.

Pemerintah Indonesia mendesak militer Myanmar segera menindaklanjuti lima poin konsensus yang disepakati dalam ASEAN Leaders Meeting di Jakarta pada 24 April 2021. “Hari ini menandai 1 tahun pengambilalihan kekuasaan oleh militer di Myanmar. Indonesia mengecam tindakan tersebut,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) lewat akun Twitter resminya, Selasa.

sumber : Reuters/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement