Sabtu 05 Feb 2022 11:46 WIB

AS Ingin China Desak Rusia Redakan Ketegangan dengan Ukraina

Presiden China Xi Jinping melakukan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden China Xi Jinping (R) bertemu di Beijing, China, 4 February 2022. Putin tiba di China pada hari pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2022.
Foto: EPA
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden China Xi Jinping (R) bertemu di Beijing, China, 4 February 2022. Putin tiba di China pada hari pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing menarik perhatian Amerika Serikat (AS). Diplomat tinggi Departemen Luar Negeri AS untuk Asia Timur Daniel Kritenbrink mengatakan, pertemuan itu seharusnya menjadi kesempatan bagi China untuk mendorong Rusia meredakan ketegangan dengan Ukraina.

"Pertemuan itu seharusnya memberi China kesempatan untuk mendorong Rusia melakukan diplomasi dan de-eskalasi di Ukraina," kata Kretenbrink.

Baca Juga

Kritenbrink menyatakan, pendekatan seperti itu adalah yang diharapkan dunia dari kekuatan yang bertanggung jawab. Dia menilai pertemuan dan pernyataan bersama yang mengikuti mencerminkan pendekatan yang telah diambil Beijing dan Moskow selama beberapa waktu, dengan bergerak lebih dekat.

"Jika Rusia menginvasi Ukraina lebih jauh dan China melihat ke arah lain, itu menunjukkan bahwa China bersedia untuk mentolerir atau diam-diam mendukung upaya Rusia untuk memaksa Ukraina, bahkan ketika mereka mempermalukan Beijing, membahayakan keamanan Eropa dan membahayakan perdamaian global dan stabilitas ekonomi," kata Kritenbrink.

Perjanjian China-Rusia menandai pernyataan paling rinci dan tegas dari tekad kedua negara untuk bekerja sama dan melawan AS. Mereka berjanji saling melindungi kepentingan inti.

Pernyataan bersama itu juga sangat kritis terhadap langkah AS untuk melawan kekuatan China yang tumbuh di kawasan Indo-Pasifik melalui pakta AUKUS. Pakta ini menempatkan AS dan Inggris berencana untuk menyediakan kapal selam bertenaga nuklir bagi Australia.

Sebelum pengumuman kerja sama China dan Rusia, Departemen Luar Negeri AS memperingatkan Rusia bahwa hubungan yang lebih dekat dengan China tidak akan menebus konsekuensi yang dikenakan sebagai tanggapan atas invasi ke Ukraina. Perusahaan-perusahaan Beijing akan menghadapi konsekuensi jika mereka berusaha untuk menghindari pengawasan ekspor yang dikenakan pada Moskow dalam peristiwa itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement