Senin 07 Feb 2022 07:43 WIB

Ribuan Warga Kanada Menentang Kebijakan Wajib Vaksin

Gerakan menolak kebijakan wajib vaksin bagi supir truk lintas-batas lalu meluas

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Pengemudi truk berkonvoi menuju Parliament Hill di Ottawa, Kanada, Sabtu (29/1/2022). Mereka memprotes mandat vaksin.
Foto: Frank Gunn/The Canadian Press via AP
Pengemudi truk berkonvoi menuju Parliament Hill di Ottawa, Kanada, Sabtu (29/1/2022). Mereka memprotes mandat vaksin.

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Ribuan orang berunjuk rasa di kota-kota Kanada termasuk pusat keuangan Toronto. Demonstrasi menolak kebijakan wajib vaksin yang paling damai tapi berisik ini menyebar dari ibukota Ottawa.

"Konvoi Kebebasan" dimulai gerakan menolak kebijakan wajib vaksin bagi supir truk lintas-batas. Tapi kemudian meluas menjadi penolakan terhadap semua peraturan pembatasan sosial Covid-19 pemerintah Perdana Menteri Justin Trudeau.

Baca Juga

"Kami muak dan lelah dengan mandat-mandat, intimidasi, hidup di satu penjara besar, kami hanya ingin kembali hidup normal tanpa harus memasukan racun ke dalam nadi kami yang mereka sebut vaksin," kata pengunjuk rasa di Toronto, Robert, Ahad (5/2/2022).

Pengunjuk rasa menutup pusat kota Ottawa selama delapan hari terakhir. Sejumlah pengunjuk rasa mengibarkan bendera gerakan pro-perbudakan Confederate atau bendera Nazi. Beberapa orang diantaranya ingin membubarkan pemerintah Kanada.

"Pengunjuk rasa di Ottawa memperlihatkan poin mereka, seluruh negeri harus mendengar poin mereka," kata Menteri Transportasi Omar Alghabra yang meminta demonstran "pulang dan menghubungi pejabat terpilih".

Polisi Ottawa mengatakan mereka mendakwa empat orang atas pasal kebencian. Polisi Kanada juga bekerja sama dengan Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) untuk menyelidiki ancaman terhadap tokoh-tokoh nasional.

Polisi mengatakan blokade yang diorganisir dengan baik ini mengandalkan sumbangan dana dari simpatisan di AS. Sejumlah pengunjuk rasa membawa sauna portable untuk melawan hawa dingin.

Sebuah video yang tersebar di media sosial memperlihatkan seorang pria datang ke unjuk rasa dengan kuda membawa bendera Donald Trump. Sebelumnya mantan presiden AS itu mendukung penolakan supir truk atas "kebijakan keras sayap kiri gila Justin Trudeau yang telah menghancurkan Kanada dengan wajib Covid-19 yang gila."

GoFundMe menutup penggalangan dana Freedom Convoy pada Jumat (4/2/2022) lalu. Mereka mengatakan penggalangan dana itu menyalahi ketentuan mereka karena aktivitas yang melanggar hukum. Kelompok tersebut sudah mengumpulkan sekitar 10,1 juta dolar Kanada.

Situasi itu sebelumnya akan mengembalikan setiap dana yang diberikan sejak 19 Februari dan akan menyerahkan sisanya pada lembaga amal yang terverifikasi. Tapi Sabtu (5/2/2022) lalu GoFundMe mengatakan tidak akan mengembali semua dananya dengan otomatis.

CEO Tesla Elon Musk yang sebelumnya mengkritik wajib vaksin menyebut GoFundMe "pencuri profesional." Gubernur Florida Ron DeSantis dan anggota parlemen dari Partai Republik lainnya berjanji akan menyelidiki perusahaan asal California itu.

Polisi mengatakan sekitar 5.000 orang yang berunjuk rasa di Ottawa sementara ratusan orang berkumpul di Toronto dan Quebec City. Tepat saat digelarnya karnival tahunan musim dingin.

Polisi mengatakan empat orang di Manitoba terluka setelah sebuah mobil pick-up menabrak kerumunan Jumat lalu. Saksi mata mengatakan sekitar 500 petugas kesehatan dan pendukungnya di Toronto menggelar unjuk rasa saingan.

"Gagasannya kami memiliki orang-orang yang kurang ajar atau takut pada siapa kami dan apa yang kami lakukan, saya pikir, itu menyinggung dan sangat disayangkan, dan saya kiri ini merupakan komentar menyedihkan di masyarakat kami," kata dokter unit gawat darurat Raghu Venugopal.

Masyarakat Ottawa mengkritik polisi yang diam saja selama pengunjuk rasa membunyikan klakson terus-menerus, memecahkan kaca jendela dan menyerang warga yang memakai masker.

Salah seorang warga mengajukan gugatan class-action terhadap panitia unjuk rasa. Ia menuntut ganti rugi sebesar 10 juta dolar dan diakhirinya unjuk rasa.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement