REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Sebuah LSM Yaman telah meluncurkan inisiatif pendidikan yang menggunakan bus sekolah keliling untuk membantu memberikan mendidik kepada anak-anak di kamp-kamp pengungsi di Yaman, di mana perang saudara telah memasuki tahun kedelapan.
Al-Twasul for Human Development mengubah bus menjadi sekolah keliling yang menawarkan layanan pendidikan kepada 900 anak di kamp-kamp pengungsi di provinsi Marib dan Hadramaut. Yang pertama di Yaman, Edris Mobile School didanai oleh al-Rahma International di Kuwait. Bus juga dilengkapi dengan tirai, kursi lipat dan meja siswa, tenda yang dipasang di kedua sisi bus dan generator listrik.
Kepala al-Twasul untuk Pembangunan Manusia, Raed Ibrahim, mengatakan bahwa LSM tersebut, yang bekerja di kamp-kamp pengungsi di berbagai provinsi, mengembangkan inisiatif ini setelah menyadari bahwa banyak siswa tidak memiliki akses ke pendidikan karena pengungsian.
“Lokasi kamp pengungsi jauh dari sekolah umum dan keluarga tidak mampu membayar biaya transportasi,” kata Ibrahim dilansir dari Alarabiya, Ahad (13/2/2022).
Sekolah keliling ini diberi nama Nabi Idris, yang diyakini sebagai manusia pertama yang mengenalkan tulisan kepada umat manusia. Sekolah keliling juga menerapkan kurikulum pendidikan yang disetujui Kementerian Pendidikan Yaman.
Bus keliling Ini dapat menampung 100 siswa, dan bertujuan untuk mendidik 900 siswa selama tahun akademik. Sekolah menawarkan kelas kepada siswa hingga kelas empat dan memberi mereka sertifikat yang disetujui oleh Kementerian Pendidikan. Ibrahim menambahkan bahwa kelas-kelas ini bergantung pada program intensif untuk mendidik siswa dalam jangka waktu tertentu, misalnya dua bulan agar sekolah keliling pergi ke kamp-kamp pengungsi lain dan menawarkan layanannya.
Saat ini sedang mengajar siswa di kamp pengungsi di distrik al-Abr di Hadramaut berkoordinasi dengan unit eksekutif untuk manajemen kamp pengungsi.
Menurut Ibrahim, sejauh ini baru satu bus yang dikonversi untuk mengevaluasi inisiatif terlebih dahulu. Dia mencatat bahwa al-Rahma International, yang mendanai dan mendukung inisiatif tersebut, tertarik untuk merancang proyek yang memenuhi kebutuhan masyarakat Yaman melalui inisiatif ini, yang pada akhirnya akan menargetkan lebih dari 5.000 siswa per tahun melalui lima sekolah keliling.
Lebih dari dua juta anak perempuan dan laki-laki putus sekolah karena konflik pada Juli 2021 dan kondisi ekonomi yang memburuk, menurut pernyataan UNICEF. Dalam pernyataannya, UNICEF memperingatkan bahwa jumlah anak yang menghadapi gangguan pendidikan di negara yang dilanda perang itu bisa meningkat menjadi enam juta.
Dalam laporan tahunannya yang diserahkan ke Dewan Keamanan PBB pada Januari, sebuah panel ahli PBB bersikeras bahwa milisi Houthi yang didukung Iran terus merekrut anak-anak sebagai pejuang.
Para ahli mengutuk penggunaan tentara anak dan meminta semua pihak untuk menahan diri dari menggunakan sekolah, kamp musim panas, dan masjid untuk merekrut anak-anak.