REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman pada Senin (28/2/2022) mengecam keras perintah Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menempatkan pasukan nuklirnya dalam siaga tinggi. Jerman menyebut Putin "tidak bertanggung jawab".
"Tentu saja, kami menanggapi pernyataan yang dibuat oleh presiden Rusia dengan sangat, sangat serius, dan juga jelas betapa tidak bertanggung jawab ancaman semacam itu," kata juru bicara pemerintah Jerman Steffen Hebestreit kepada wartawan di Berlin.
Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) telah berulang kali menyatakan keprihatinannya atas doktrin militer kontroversial Moskow, yang mengizinkannya menggunakan senjata atom untuk mengakhiri konflik sebagai bagian dari strategi "meningkatkan hingga mengurangi ketegangan".
Sementara itu, Hebestreit menyambut baik pembicaraan damai yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina yang dimulai di wilayah perbatasan Ukraina-Belarus pada Senin pagi.
“Pertama-tama, pemerintah federal menyambut kenyataan bahwa orang-orang berbicara (satu sama lain) dan solusi diplomatik selalu satu-satunya yang masuk akal,” ujar dia.
"Pada saat yang sama, kami juga tahu bahwa negosiasi akan menjadi pembicaraan yang sangat sulit dan itu akan berlarut-larut," tambah dia.
Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Minggu meyakinkan Ukraina akan solidaritas penuh dalam perangnya melawan Rusia.
“Sebagai demokrat, sebagai orang Eropa, kami berdiri di sisi Anda – di sisi kanan sejarah. Jerman berdiri hari ini bersama dengan Ukraina, pikiran dan simpati kami ada pada para korban perang agresi Rusia,” kata Scholz selama sesi khusus parlemen Jerman tentang perang Rusia di Ukraina.
Dia membela keputusan pemerintah untuk memasok senjata Jerman ke Ukraina. Pemerintah Jerman ingin mengirimkan senjata dari persediaan militernya ke Ukraina. Amerika Serikat (AS), Jerman dan sekutu lainnya juga setuju untuk mengecualikan lembaga keuangan Rusia dari jaringan perbankan internasional SWIFT.
Baca juga:
Meksiko Menolak Jatuhkan Sanksi kepada Rusia atas Invasi di Ukraina
Harga Gas Elpiji 3 Kg di Wilayah Cirebon dan Sekitarnya Melejit
Miliarder Rusia Kembali Tolak Perang di Ukraina