REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Setidaknya 102 warga sipil Ukraina tewas dan 500 ribu lainnya mengungsi ke luar negeri saat Rusia melancarkan perang terhadap negara tetangganya itu pada Kamis lalu, kata pejabat PBB, Senin (28/2).
Michelle Bachelet, komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia, mengatakan, pada sesi pembukaan Dewan Hak Asasi Manusia bahwa perang membahayakan "kehidupan yang tak terhitung jumlahnya" di Ukraina. Dia mengatakan, kantornya telah mencatat 406 korban sipil, di antaranya 102 orang tewas, tujuh di antaranya anak-anak, dan 304 lainnya terluka.
“Sebagian besar warga sipil ini terbunuh oleh senjata peledak dengan area ledakan yang luas, termasuk serangan artileri dan Sistem Multi-Peluncuran Roket, dan serangan udara. Saya khawatir angka sebenarnya jauh lebih tinggi,” kata Bachelet.
Dia mengatakan bahwa jutaan warga sipil, termasuk orang-orang yang rentan dan lanjut usia, terpaksa meringkuk di berbagai tempat perlindungan bom, seperti stasiun bawah tanah, untuk menghindari ledakan.
Dalam sebuah kiriman Twitter, Filippo Grandi, kepala Badan Pengungsi PBB (UNHCR), mengatakan bahwa jumlah pengungsi telah meningkat menjadi lebih dari 500 ribu orang.
Baca juga:
Meksiko Menolak Jatuhkan Sanksi kepada Rusia atas Invasi di Ukraina
Harga Gas Elpiji 3 Kg di Wilayah Cirebon dan Sekitarnya Melejit
Miliarder Rusia Kembali Tolak Perang di Ukraina