Jumat 04 Mar 2022 01:55 WIB

EU akan Ambil Langkah Ekstra Terhadap Rusia Jika Konflik Kian Parah

Uni Eropa juga sudah mengantisipasi seandainya Rusia melakukan aksi balasan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Foto: AP/Stephanie Lecocq/Pool EPA
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Otoritas Uni Eropa (EU) akan mengambil langkah ekstra terhadap Rusia jika situasi medan perang di Ukraina semakin parah. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Uni Eropa juga sudah mengantisipasi seandainya Rusia melakukan aksi balasan, termasuk mendiversifikasi pasokan energi blok tersebut.

"Tujuan kami adalah untuk mengurangi kekuatan Kremlin untuk mengobarkan perang terhadap negara-negara tetangga mereka," kata von der Leyen usai mengelar rapat dengan Presiden Rumania Klaus Iohannis, Kamis (3/3/2022).

Baca Juga

"Kita harus mandiri, bebas dari (ketergantungan) gas, minyak dan batu bara Rusia. Keputusan kami untuk beralih dalam kasus ini jauh lebih kuat dari sebelumnya," kata dia.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, garis pertahanan negaranya masih menahan gempuran serangan Rusia. Dia menyebut tidak ada jeda dalam penembakan yang dilakukan pasukan Rusia.

“Kami tidak punya apa-apa untuk kehilangan selain kebebasan kami sendiri,” kata Zelensky dalam video terbarunya yang diunggah pada Kamis. 

Dia mengungkapkan, Ukraina masih menerima pasokan senjata dari sekutu internasionalnya untuk menghadapi agresi Rusia.

Zelensky berpendapat, perubahan taktik Rusia dan penembakan warga sipil di kota-kota membuktikan Ukraina berhasil menghalau rencana awal Moskow untuk mengklaim kemenangan cepat melalui serangan darat. Dalam video terbarunya, Zelensky menyamakan aksi serangan Rusia dengan “virus”.

Dia mengatakan, sudah dua tahun Ukraina dilanda pandemi Covid-19. “Sudah sepekan sekarang virus lain menyerang,” ujarnya menyinggung serangan yang dilancarkan Rusia.

Pada 28 Februari lalu, delegasi Ukraina melakukan pertemuan dengan perwakilan Rusia di perbatasan Belarusia. Pembicaraan tersebut diharapkan menghasilkan kesepakatan gencatan senjata, tapi ternyata berakhir tanpa kesepakatan. Kendati demikian kedua negara setuju untuk mengadakan negosiasi lanjutan dalam waktu dekat.

Rusia sudah mengecam negara-negara yang memasok senjata “mematikan” ke Ukraina. Moskow memperingatkan mereka tentang konsekuensi berbahaya yang dapat timbul akibat tindakan tersebut. 

“Warga dan struktur Uni Eropa yang terlibat dalam memasok senjata mematikan dan bahan bakar serta pelumas ke Angkatan Bersenjata Ukraina akan bertanggung jawab atas segala konsekuensi dari tindakan tersebut dalam konteks operasi militer khusus yang sedang berlangsung (di Ukraina). Mereka tidak dapat gagal untuk memahami tingkat bahaya dari konsekuensinya,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia, dilaporkan Interfax, 27 Februari lalu.

Uni Eropa memang telah mengumumkan bahwa mereka akan membiayai pembelian dan pengiriman senjata serta peralatan lainnya ke Ukraina. Nilai dari bantuan itu mencapai 450 juta euro. 

Senjata mematikan yang dipasok perhimpunan Benua Biru akan mencakup amunisi, mesiu, sistem pertahanan udara, dan sistem anti-tank. Mereka pun bakal menyuplai bahan bakar, helm balistik, peralatan pelindung pribadi, dan kotak P3K. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement