REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Seorang mahasiswa Turki menempuh perjalanan darat selama 72 jam untuk melarikan diri dari Ukraina. Burak Ozek (19 tahun) mengatakan, dia dievakuasi dengan menggunakan bus melalui Rumania dan Bulgaria.
Setelah menempuh perjalanan panjang sekitar tiga hari, dia tiba di rumahnya di provinsi Bilecik, barat laut Turki. Kepulangan Ozek disambut oleh keluarganya dengan penuh haru dan bahagia.
Ozek adalah seorang mahasiswa di Institut Politeknik Kharkiv. Kota Kharkiv adalah salah satu titik serangan Rusia. Setidaknya delapan warga sipil, termasuk dua anak, tewas dalam serangan udara Rusia di kota tersebut.
Selama hari-hari pertama invasi Rusia, Ozek menggunakan ponselnya untuk berbagi informasi ke media sosial tentang apa yang terjadi di sekitarnya. Mulai dari pengeboman, kobaran api, atau stasiun metro yang digunakan orang sebagai tempat perlindungan.
Ozek telah tinggal di Ukraina selama enam bulan terakhir. Dia mengatakan bom jatuh di dekat daerah tempat tinggalnya, dan pesawat terbang sangat rendah. Dia dan keempat temannya tidur di koridor rumah selama dua hari.
"Kami meletakkan tempat tidur di lorong dan tidur di sana," ujar Ozek, dilansir Anadolu Agency, Jumat (4/3/2022).
Ozek dan teman-temannya kemudian tinggal di tempat penampungan selama dua hari. Dia mengatakan situasi di Ukraina sangat mengerikan. Dia menambahkan, sebuah rudal jatuh di halte kereta bawah tanah di seberang tempat tinggalnya.
Ozek dan teman-temanya terus-menerus menelepon Kementerian Luar Negeri Turki dan menunggu evakuasi. Ozek mengatakan, kampus dan tempat tinggalnya di Ukraina telah hancur.
"Tempat tinggal dan sekolah kami di sana, semuanya hilang, kami sangat sedih," kata Ozeek.
Ozek mengatakan, sejak invasi dimulai ATM tidak berfungsi. Situasinya tidak memungkinkan untuk keluar rumah dan berbelanja persediaan di supermarket. Ozek dan teman-temannya masih memiliki persediaan makanan untuk bertahan hidup.
“Kami memiliki beberapa persediaan, kami menggunakannya. Orang lain tidak memiliki persediaan. Pasar benar-benar kosong. Kami tidak bisa berbuat apa-apa,” ujar Ozek.
Ayahnya, Kemal Ozek mengungkapkan ketakutannya saat perang dimulai di Ukraina. Dia khawatir dengan nasib anaknya.
“Putra saya berada di jalan selama sekitar tiga atau empat hari. Syukurlah, negara kami mengirim bus (untuk evakuasi)," ujarnya.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (24/2/2022) mengumumkan operasi militer di Ukraina. Putin memperingatkan kepada negara lain bahwa, setiap upaya yang mengganggu tindakan Rusia akan mengarah pada konsekuensi yang belum pernah mereka lihat.
Putin mengatakan, operasi militer itu diperlukan untuk melindungi warga sipil di Ukraina timur. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Putin menuduh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, mengabaikan permintaan Rusia untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan menawarkan jaminan keamanan kepada Moskow.
Putin menegaskan, tujuan Rusia menggelar operasi militer bukan untuk menduduki Ukraina. Dia mengatakan, operasi militer Rusia bertujuan untuk memastikan demiliterisasi Ukraina. Putin mendesak prajurit Ukraina untuk segera meletakkan senjata.