Ahad 27 Mar 2022 19:26 WIB

Pisahkan Diri dari Ukraina, Luhansk Berencana Gelar Referendum untuk Bergabung ke Rusia

Februari lalu, Rusia berikan pengakuan bagi Luhansk-Donetsk sebagai negara merdeka.

Orang-orang mengantri bahan bakar di sebuah pompa bensin di Sievierodonetsk, wilayah Luhansk, Ukraina timur, Kamis, 24 Februari 2022. Pemimpin Luhansk mengatakan, pihaknya akan segera menggelar referendum soal pilihan untuk bergabung dengan Rusia.
Foto: AP/Vadim Ghirda
Orang-orang mengantri bahan bakar di sebuah pompa bensin di Sievierodonetsk, wilayah Luhansk, Ukraina timur, Kamis, 24 Februari 2022. Pemimpin Luhansk mengatakan, pihaknya akan segera menggelar referendum soal pilihan untuk bergabung dengan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, LUHANSK -- Wilayah yang memisahkan dan menyatakan diri sebagai Republik Rakyat Luhansk di Ukraina timur kemungkinan akan segera menggelar referendum soal pilihan untuk bergabung dengan Rusia. Rencana pemungutan suara itu diungkapkan oleh pemimpin Luhansk, Leonid Pasechnik, pada Ahad (27/3/2022) seperti dikutip media berita wilayah pemberontak tersebut.

"Saya kira dalam waktu dekat ini akan diadakan referendum di wilayah republik," kata Pasechnik.

Baca Juga

Menurut Pasechnik, masyarakat Luhansk akan menggunakan hak konstitusional utama mereka. Mereka akan menyatakan pendapat apakah akan bergabung dengan Federasi Rusia.

Pada Februari, Rusia memberikan pengakuan bagi Luhansk dan Donetsk sebagai negara merdeka. Serupa dengan Luhansk, Donetsk menyatakan diri sebagai republik.

Tidak lama setelah memberi pengakuan pada kedua wilayah tersebut, Rusia memerintahkan pengerahan pasukan, yang disebutnya sebagai operasi penjagaan perdamaian di kawasan itu. Pada 24 Februari, Rusia mengirimkan puluhan ribu tentara ke Ukraina.

Rusia melancarkan gerakan yang disebutnya operasi khusus untuk melemahkan kemampuan militer negara tetangganya itu serta mengenyahkan orang-orang yang menurutnya merupakan nasionalis berbahaya Tentara Ukraina melakukan perlawanan keras terhadap pasukan Rusia.

 

sumber : Antara, Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement