REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Kementerian Pertahanan Taiwan membentuk kelompok kerja untuk mempelajari taktik perang di Ukraina. Termasuk bagaimana Ukraina mampu bertahan melawan Rusia.
Menteri Pertahanan, Chiu Kuo-cheng, mengatakan, Taiwan telah menghubungi negara-negara asing untuk membicarakan terjadinya perang Rusia dan Ukraina. Taiwan telah membentuk kelompok kerja untuk mempelajarinya taktik perang tersebut, dan mendiskusikannya dengan Amerika Serikat (AS). Taiwan juga menyoroti kinerja militer Rusia yang buruk dan perlawanan Ukraina.
“(Pembentukan kelompok kerja) tidak hanya dibahas dalam pertemuan pertukaran antara Amerika Serikat dan Taiwan, tetapi juga dibahas dengan negara-negara lain yang memiliki kontak reguler dengan Taiwan,” ujar Chiu tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Chiu mengatakan, tim Taiwan di Ukraina termasuk akademisi dari Universitas Pertahanan Nasional. Chiu menambahkan, pembentukan kelompok kerja ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat dalam membangun persenjataan dan mempersiapkan perang.
Pejabat Taiwan telah melihat banyak kesamaan dalam perang Ukraina, dengan situasi Taipei. Taiwan bertetangga dengan Cina yang merupakan negara besar dengan ambisi teritorial.
Taiwan telah meningkatkan status iaga sejak invasi Rusia. Taiwan waspada terhadap kemungkinan Beijing melakukan langkah serupa, meskipun dilaporkan bahwa tidak ada tanda-tanda serangan akan terjadi.
Selat Taiwan akan membuat penempatan pasukan China di darat jauh lebih sulit, daripada Rusia yang sangat mudah melintasi perbatasan darat dengan Ukraina. Taiwan juga memiliki angkatan udara yang besar dan lengkap, dan sedang mengembangkan kemampuan serangan misilnya yang tangguh.
China telah meningkatkan tekanan militernya terhadap Taiwan selama dua tahun terakhir ini. Taiwan menolak klaim kedaulatan Cina dengan mengatakan, hanya penduduk Taipei yang dapat memutuskan masa depan mereka.