REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan negaranya akan menggelar pemilihan umum pada 21 Mei mendatang. Kampanye dalam pemilihan ini diperkirakan seputar tekanan biaya hidup, perubahan iklim dan karakter serta kompetensi partai-partai besar.
Jajak pendapat menunjukkan koalisi konservatif Morrison berada di bawah Partai Buruh setelah sembilan tahun berkuasa. Morrison juga berada di belakang Partai Buruh pada pemilihan 2019 lalu tapi tetap berhasil menang.
"Saya mengerti, akan banyak ketidakpastian ke depan, tapi pemilihan dan kampanye ini sangat penting," kata Morrison, Ahad (10/4/2022).
Sebelum stasiun televisi Australia melaporkan Morrison berkunjung ke kediaman Gubernur Jenderal David Hurley di Canberra. Hurley yang mewakili Ratu Elizabeth memiliki wewenang untuk membubarkan parlemen dan memerintahkan pemilihan umum.
Dalam opininya mengenai pemilihan umum, Morrison mengatakan walaupun saat ini Australia sedang menghadapi berbagai tantangan dibanding pemilihan tiga tahun yang lalu seperti kebakaran hutan, banjir dan pandemi Covid-19. Tapi kondisi Negeri Kanguru lebih baik dibanding negara-negara lainnya.
"Tapi saya mengerti negara kami masih menghadapi tantangan nyata dan banyak keluarga yang melaluinya dengan berat," katanya.
Ia mengatakan Partai Buruh akan melemahkan perekonomian Australia dengan pajak dan defisit yang lebih tinggi. "Saat ini bukan waktunya untuk mengambil risiko," kata Morrison, dikutip dari Reuters.