REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia memperingatkan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tentang potensi keanggotaan Swedia dan Finlandia. Moskow mengungkapkan, jika kedua negara tersebut bergabung dengan NATO, Rusia harus meningkatkan pertahanannya dan tidak akan ada lagi pembicaraan tentang kawasan Baltik yang bebas nuklir.
“Tidak ada lagi pembicaraan tentang status bebas nuklir untuk Baltik, keseimbangan harus dipulihkan. Sampai hari ini Rusia belum mengambil tindakan seperti itu dan tidak akan melakukannya,” kata Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev, Kamis (14/4).
Awal pekan ini, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, bergabungnya Swedia dan Finlandia ke NATO tidak akan membawa stabilitas ke Eropa. Moskow tetap menilai NATO sebagai alat yang diarahkan untuk konfrontasi. “Kami telah berulang kali mengatakan bahwa aliansi (NATO) tetap menjadi alat yang diarahkan untuk konfrontasi, dan ekspansi lebih lanjut tidak akan membawa stabilitas ke benua Eropa,” kata Peskov kepada awak media pada Senin (11/4).
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah mengungkapkan, prospek Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO tengah dibahas oleh para menteri luar negeri negara anggota. Keputusan tentang keanggotaan kedua negara tersebut diperkirakan bakal diputuskan sebelum pertengahan musim panas.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, saat ini NATO sedang mengerjakan rencana untuk mengerahkan kehadiran militer penuh di perbatasan negara-negara anggotanya. Langkah itu bertujuan mengantisipasi agresi Rusia pada masa mendatang.