REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin tak menunjukkan keseriusan dalam proses diplomasi untuk mengakhiri konflik di Ukraina. Padahal sejauh ini sudah ada serangkaian upaya internasional.
“Kami belum melihat tanda-tanda sampai saat ini bahwa Presiden Putin serius tentang negosiasi yang berarti,” kata Blinken kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, Selasa (26/4/2022).
Pada kesempatan itu Blinken turut menegaskan dukungan Pemerintah AS kepada Ukraina. “Tujuan kami adalah memastikan bahwa mereka (Ukraina) memiliki kemampuan untuk mengusir agresi Rusia dan, memang, untuk memperkuat tangan mereka di meja perundingan,” ucapnya.
Dalam sesi di Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, Blinken sempat ditanya Senator Rand Paul dari Partai Republik tentang kontribusi pemerintahan Presiden Joe Biden dalam pecahnya konflik di Ukraina. Dalam konteks ini, Paul menyoroti sikap pemerintahan Biden yang mendukung Ukraina agar bergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Hal itu menjadi salah satu alasan utama Rusia menggempur Ukraina.
Menanggapi pertanyaan itu, Blinken menjelaskan, dalam pembicaraan dengan Rusia menjelang dilancarkannya agresi pada 24 Februari lalu, menjadi jelas bahwa keluhan Putin tentang Ukraina memasuki NATO adalah sebuah dalih. “Kami berusaha melibatkan mereka dalam masalah-masalah itu dengan sangat serius. Sangat jelas, dalam kata-kata Presiden Putin sendiri, bahwa ini bukan tentang Ukraina yang berpotensi menjadi bagian dari NATO dan selalu tentang keyakinannya bahwa Ukraina tidak pantas menjadi negara yang berdaulat dan merdeka,” kata Blinken.
Sementara itu, dalam pertemuan dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di Moskow pada Selasa, Putin menyampaikan bahwa dia masih berharap dialog dapat mengakhiri konflik bersenjata di Ukraina. "Terlepas dari kenyataan bahwa operasi militer sedang berlangsung, kami masih berharap bahwa kami akan dapat mencapai kesepakatan di jalur diplomatik. Kami sedang bernegosiasi, kami tidak menolak (pembicaraan)," kata Putin kepada Guterres.
Kendati demikian, Putin menjelaskan, proses negosiasi telah terjegal oleh tudingan yang menyebut pasukan Rusia membantai warga sipil di Bucha, Ukraina. “Ada provokasi di desa Bucha, yang tidak ada hubungannya dengan tentara Rusia,” ucap Putin.
Dia mengklaim mengetahui siapa yang menyiapkan provokasi semacam itu dan bagaimana mereka menjalankannya. Namun Putin tak mengungkap secara gamblang siapa pihak yang dimaksud. Pada kesempatan itu, Putin mengaku mengetahui kekhawatiran Guterres tentang operasi militer Rusia di Ukraina. Putin pun menyatakan siap membahasnya.