REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Koalisi Arab Saudi yang berperang di Yaman mengatakan mereka akan membebaskan 163 tahanan dari kelompok Houthi sebagai inisiatif kemanusiaan. Kantor berita SPA melaporkan koalisi mulai berkoordinasi dengan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) untuk membebaskan para tahanan.
Juru bicara koalisi Jenderal Turki al-Malki mengatakan langkah ini bertujuan mendukung upaya PBB memperkuat gencatan senjata selama dua bulan yang mulai berlaku pada 21 April. "Mempersiapkan atmosfer dialog antara kedua belah pihak di Yaman dan memfasilitasi dokumen tahanan dan narapidana," katanya, Kamis (28/4/2022).
Pihak-pihak yang berperang juga membahas kemungkinan tukar tahanan di bawah pengawasan PBB. Bulan lalu pejabat Houthi mengatakan mereka dapat membebaskan 823 Koalisi termasuk 16 warga Arab Saudi dan tiga orang warga Sudan untuk membebaskan 1.400 tahanan Houthi.
Pekan lalu kepala komite tahanan Houthi Abdul Qader al-Murtada mengatakan kelompoknya mengajukan penawaran baru ke PBB yang diantaranya membebaskan 200 tahan dari masing-masing pihak sebelum Idul Fitri pekan depan.
Pada 2020 digelar program tukar tahanan yang melibatkan sekitar 1.000 tahanan. Sebagai salah satu upaya membangun kepercayaan sebelum perundingan damai yang terakhir digelar pada 2018.
Koalisi Arab Saudi menggelar operasi intervensi ke Yaman usai kelompok Houthi menggulingkan pemerintah yang diakui masyarakat internasional di Sana'a. Perang tersebut telah menewaskan puluhan ribu orang, menghancurkan ekonomi dan mendorong Yaman ke jurang kelaparan.
Kesepakatan juga termasuk mengizinkan bahan bakar impor masuk ke wilayah yang dikuasai Houthi dan mengizinkan sejumlah penerbangan di Bandara Sana'a. Penerbangan belum dimulai sebab pihak berwenang yang didukung Arab Saudi bersikeras semua penumpang harus membawa paspor yang disetujui pemerintah.