REPUBLIKA.CO.ID, HELSINKI -- Mayoritas anggota parlemen Finlandia pada Selasa (17/5/2022) menyetujui proposal bagi negara itu untuk bergabung menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Persetujuan memasuki aliansi militer tersebut merupakan perubahan kebijakan bersejarah yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Presiden Finlandia Sauli Niinisto dan pemerintah pada Ahad (15/5/2022) secara resmi memutuskan bahwa Finlandia akan mengajukan permohonan keanggotaan kepada NATO. Namun, keputusan itu masih harus menunggu persetujuan parlemen.
Dalam pemungutan suara pada Selasa, sebanyak 188 dari 200 anggota parlemen menyatakan mendukung proposal itu. "Sementara delapan lainnya menentang, kata ketua parlemen Matti Vanhanen.
Menteri Luar Negeri Pekka Haavisto mengatakan tidak ada alasan untuk merayakan keputusan tersebut karena "sedang ada perang di Eropa"."Keanggotaan Finlandia di NATO tidak akan mengubah pemikiran dasar kita bahwa kita akan selalu mencari penyelesaian damai dan kita adalah bangsa yang cinta perdamaian yang karena itu akan pertama-tama dan mengedepankan penyelesaian diplomatik atas setiap konflik," katanya dalam sidang parlemen.
Di antara yang tidak setuju pada keanggotaan Finlandia di NATO adalah anggota parlemen Markus Mustajarvi.Mustajarvi menentang langkah itu dengan menyodorkan proposal tandingan, yang dimasukkan pada pemungutan suara."Perbatasan negara kita kan menjadi perbatasan antara aliansi militer dan Rusia. Ketegangan baru akan menjadi risiko tidak hanya selama proses aplikasi melainkan juga pada kondisi baru dan permanen kebijakan luar negeri dan keamanan kita," ujarnya.