REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PPB Antonio Guterres diharapkan akan secara terbuka mengungkapkan bahwa dirinya berunding dengan Rusia, Ukraina, Turki, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) soal pemulihan pengiriman biji-bijian Ukraina, Rabu (18/5/2022). Perundingan itu juga tentang menghidupkan kembali ekspor pupuk dari Rusia ke Belarus.
Setelah mengunjungi Moskow dan Kiev akhir bulan lalu, Guterres berjanji untuk membantu membawa kembali ke pasar dunia produksi pertanian Ukraina. Ia juga berjani membantu produksi makanan dan pupuk Rusia dan Belarusia meskipun perang.
Guterres diperkirakan akan membahas upayanya pada pertemuan tingkat menteri bertajuk "Global Food Security Call to Action" yang diselenggarakan oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di PBB di New York pada Rabu malam. Blinken juga akan memimpin pertemuan Dewan Keamanan tentang konflik dan ketahanan pangan pada Kamis.
Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, menyalahkan perang Rusia di Ukraina karena memperburuk kerawanan pangan global. "Ukraina, upaya mereka untuk mencegah petani menanam pertanian mereka, serangan mereka terhadap gudang makanan, semua ini telah berkontribusi pada situasi yang sudah mengerikan," kata Thomas-Greenfield dalam acara UNICEF pada Selasa (17/5/2022).
Ia juga mengatakan, bahwa Amerika mendukung upaya Guterres untuk menghidupkan kembali ekspor gandum Ukraina. Rusia dan Ukraina bersama-sama menyumbang hampir sepertiga dari pasokan gandum global.
Ukraina juga merupakan pengekspor utama jagung, barley, minyak bunga matahari dan minyak lobak. Sementara Rusia dan Belarusia menyumbang lebih dari 40 persen ekspor global potasium nutrisi tanaman.
Guterres mengatakan 36 negara mengandalkan Rusia dan Ukraina untuk lebih dari setengah impor gandum merek. Negara-negara tersebut termasuk beberapa yang termiskin dan paling rentan di dunia, termasuk Lebanon, Suriah, Yaman, Somalia, dan Republik Demokratik Kongo.
Perang di Ukraina telah memicu melonjaknya harga global untuk biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk. Guterres telah memperingatkan hal itu akan memperburuk krisis pangan, energi dan ekonomi di negara-negara miskin.
Ukraina, produsen pertanian utama, biasa mengekspor sebagian besar barangnya melalui pelabuhan laut. Namun sejak invasi Rusia pada 24 Februari, Ukraina terpaksa mengekspor dengan kereta api melalui perbatasan baratnya atau melalui pelabuhan sungai kecil Danube.