REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Badai Agatha menyebabkan banjir dan tanah longsor telah menewaskan sedikitnya 11 orang dan 20 orang hilang. Gubernur negara bagian Oaxaca, Alejando Murat, mengatakan sungai meluap dan menghanyutkan sejumlah orang, sementara korban lainnya terkubur di bawah lumpur dan batu.
“Pada dasarnya ada dua penyebab yaitu sungai yang meluap dan yang paling parah adalah tanah longsor," ujar Murat.
Dia mengatakan kematian terkonsentrasi di sejumlah kota kecil di pegunungan. Menurutnya ada juga laporan tentang tiga anak hilang di dekat resor Huatulco.
Badai Agatha mendarat pada Senin (30/5/2022) sore di hamparan kota pantai kecil dan desa nelayan yang jarang penduduknya di Oaxaca. Agatha adalah badai Kategori 2 yang kuat dengan hembusan angin maksimum 105 mph. Sisa-sisa badai Agatha bergerak ke timur laut, tepatnya ke negara bagian Veracruz pada Selasa (31/5/2022).
Badai Agatha terbentuk pada Ahad (29/5/2022). Ahli meteorologi Jeff Masters mengatakan ini adalah badai terkuat yang mendarat pada Mei di Pasifik timur.
Banjir telah menyapu jembatan dan tanah longsor memblokir sejumlah jalan raya. Penduduk mengarungi air setinggi leher untuk menyelamatkan barang-barang dari rumah mereka. Para penduduk berjalan dengan hati-hati sambil membawa tumpukan pakaian di atas kepala mereka.
“Rumah-rumah kebanjiran total, jadi mereka mengeluarkan semuanya. Ada toko, rumah. Kita harus mencoba menyelamatkan beberapa barang karena yang lainnya akan hanyut," ujar salah satu penduduk, Argeo Aquino.
Hujan lebat dan angin kencang melanda Kota Zipolite yang terkenal dengan pantai pilihan dan suasana bohemian. Angin menderu selama sekitar enam jam pada hari Senin. “Suara angin sangat kencang mulai pukul 13.00, jaringan telepon padam sampai pukul 19.30. Banyak pohon tumbang, jalan rusak. Banyak logam dan atap jerami tertiup angin," kata Manajer Hotel Casa Kalmar di Zipolite, Silvia Ranfagni.