Kamis 02 Jun 2022 13:20 WIB

Pengusaha Italia Patungan Dorong Tingkatkan Kelahiran Anak

Tingkat kesuburan Italia hanya 1,2 anak per perempuan, termasuk terendah di dunia.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Seorang anak bermain dengan boneka di dalam St Mary Major Basilica, di Roma, Selasa, 31 Mei 2022. Italia tengah menghadapi tren penurunan angka kelahiran.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, CARTIGLIANO -- Bisnis di kota Cartigliano, Italia, berjalan sepi mencapai tahap mengkhawatirkan. Dengan tingkat kelahirannya yang menurun dan kurangnya pekerja, pengusaha setempat mulai membayar biaya sekolah dan biaya penitipan anak untuk memacu penduduk memiliki lebih banyak bayi.

Sebuah kota berpenduduk 3.800 jiwa dan memiliki bisnis kecil di wilayah timur laut Veneto, tidaklah unik. Skema serupa bermunculan di sekitar kawasan industri Italia utara ketika perusahaan-perusahaan besar dari semua ukuran mengambil tindakan sendiri untuk mencoba menahan krisis demografis yang akut.

Baca Juga

Italia tidak sendirian menghadapi kekurangan bayi. Tingkat kesuburannya sekitar 1,2 anak per perempuan termasuk yang terendah di dunia, tetapi tren penurunan kelahiran dan populasi penuaan umum terjadi di banyak negara maju.

Veneto dikenal dengan banyak bisnis keluarga yang membentuk tulang punggung industri negara. Ini adalah model yang terancam tidak hanya oleh globalisasi dan persaingan dengan Asia, tetapi juga oleh kurangnya anak muda untuk bekerja di pabrik dan bengkelnya.

"Ketika saya masih kecil, selalu ada anak-anak berlarian di sini, sekarang hampir tidak ada yang lahir dan hanya orang tua yang tinggal," kata Ilenia Cappeller menunjukkan alun-alun yang sepi di bawah naungan menara lonceng Cartigliano yang megah.

Cappeller yang perusahaan eponimnya membuat pegas industri, engsel ,dan instrumen mekanis presisi lainnya memimpin sekitar 40 bisnis kota untuk mengumpulkan uang tunai dalam skema meningkatkan angka kelahiran. Mereka menyebut inisiatif itu Janus Project, dinamai menurut dewa gerbang Romawi berkepala dua atau awal yang baru.

Dalam kasus Cartigliano, mereka berharap program tersebut akan menandai transisi dari masa kini yang tandus ke masa depan yang lebih subur. Dalam 12 bulan setelah skema diluncurkan pada April 2021, mereka mengumpulkan 48.000 euro yang dihabiskan untuk lima proyek yang mendanai keluarga, sekolah, dan penyediaan penitipan anak. Cappeller bertujuan untuk mengumpulkan 100.000 euro lagi selama tahun depan.

"Kami sangat terikat dengan Cartigliano tetapi ini juga tentang kepentingan pribadi karena kami tidak dapat menemukan pekerja lagi," kata Cappeller.

Krisis demografi bukan hanya masalah bagi perusahaan. Para ekonom memperingatkan pertumbuhan ekonomi Italia yang sudah lemah akan menurun dan tidak mungkin membiayai kesejahteraan dan pensiun negara yang memadai kecuali pemerintah membalikkan keadaan.

Menurut biro statistik nasional ISTAT, Italia hanya melaporkan 399.431 kelahiran pada 2021, penurunan tahunan ke-13 berturut-turut dan paling sedikit sejak pencatatan pada 1861. Populasi turun sebanyak 253.000 menjadi 59 juta jiwa. ISTAT memperingatkan negara itu menuju lima juta lebih sedikit penduduk pada 2050.

Bahkan pendiri Tesla Elon Musk berkomentar pekan lalu tentang prospek yang mengerikan di Italia. "Italia tidak akan memiliki orang jika tren ini berlanjut," ujarnya di Twitter.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement