Senin 06 Jun 2022 10:33 WIB

Negara Baltik Tutup Wilayah Udaranya, Menlu Rusia Gagal ke Serbia

Bulgaria, Makedonia Utara, dan Montenegro menutup wilayah udara untuk pesawat Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya  / Red: Friska Yolandha
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. Bulgaria, Makedonia Utara, dan Montenegro menutup wilayah udara mereka untuk pesawat Menteri Luar Negeri Rusia Lavrov.
Foto: Russian Foreign Ministry Press Service via AP
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. Bulgaria, Makedonia Utara, dan Montenegro menutup wilayah udara mereka untuk pesawat Menteri Luar Negeri Rusia Lavrov.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Bulgaria, Makedonia Utara, dan Montenegro menutup wilayah udara mereka untuk pesawat Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov yang akan berkunjung ke Serbia. Akibatnya, Lavrov harus membatalkan kunjungannya ke Serbia.

Harian Serbia, Danas, yang mengutip seorang pejabat negara mengatakan, tiga negara Baltik melarang penerbangan Lavrov ke Beograd untuk kunjungan ke negaraannya yang dijadwalkan pada 6-7 Juni. Danas melaporkan, Perdana Menteri Serbia Ana Brnabic menyatakan, kedatangan Lavrov di Beograd "sangat rumit". Brnabic mengatakan, Presiden Aleksandar Vucic, sedang menangani logistik perjalanan Lavrov.

Baca Juga

Kantor berita Interfax yang mengutip sumber Kementerian Luar Negeri Rusia mengonfirmasi pembatalan kunjungan Lavrov ke Serbia. “Diplomasi kita belum menguasai teleportasi,” kata sumber itu.

Dilansir Alarabiya, Senin (6/6), Serbia memiliki hubungan dekat dengan Rusia dan berhasil menangkis tekanan Barat untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. Serbia tidak bergabung dengan Barat menjatuhkan sanksi kepada Moskow. Serbia berhasil mengamankan pasokan gas alam Rusia, sementara negara-negara lain telah terputus karena menolak membayar dalam mata uang rubel.

Sebelumnya, anggota Kepresidenan Bosnia dan Herzegovina, Milorad Dodik akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Lavrov untuk membahas proyek-proyek gas dan kerjasama ekonomi. Dodik dijadwalkan bertemu Lavrov di ibu kota Serbia, Beograd, pada Selasa (7/6) dan bertemu Presiden Putin di St Petersburg 10 hari kemudian.

“Kita bicara soal pembangunan pipa gas, pembangunan PLTU berbahan bakar gas, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan kerja sama di bidang ekonomi. Kita perlu melihat prospeknya seperti apa,” kata Dodik, dilansir Anadolu Agency.

Dodik mengatakan, situasi di Bosnia dan Herzegovina lebih terpecah dari sebelumnya sejak Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari. Dodik mengaku mendapatkan tekanan dari semua pihak untuk bergabung menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.

"Kami memutuskan tidak melakukan itu, karena kami tahu bencana ini akan berlalu dan kami harus bekerja sama dan memiliki hubungan baik dengan Rusia," kata Dodik.

Dodik menambahkan, pertemuannya akan memancing reaksi tertentu di Barat. Dodik menerima undangan untuk berpartisipasi dalam Forum Ekonomi Internasional ke-25 yang akan diadakan pada 15-18 Juni di St Petersburg. Dia dijadwalkan untuk bertemu dengan Putin di sela-sela forum tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement