Ahad 10 Jul 2022 05:00 WIB

Serbu Kediaman Presiden Srilanka Rajapaksa, Demonstran Asyik Main di Kolam Renang

Para demonstran menuntut Rajapaksa mundur dari jabatannya.

Rep: Eva Rianti/ Red: Teguh Firmansyah
Para pengunjuk rasa berlindung ketika pasukan keamanan menembakkan gas air mata selama bentrokan dengan pasukan keamanan pada demonstrasi anti pemerintah di Kolombo, Sri Lanka, 09 Juni 2022.
Foto: EPA-EFE/CHAMILA KARUNARATHNE
Para pengunjuk rasa berlindung ketika pasukan keamanan menembakkan gas air mata selama bentrokan dengan pasukan keamanan pada demonstrasi anti pemerintah di Kolombo, Sri Lanka, 09 Juni 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Ribuan pengunjuk rasa yang menuntut pengunduran diri Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa melanggar barikade keamanan dan memasuki kediaman resminya. Mereka bahkan dengan berani menantang gas air mata dan meriam air.

Seperti dilansir dari Hindustan Times, laporan menunjukkan Rajapaksa melarikan diri dari kediaman resminya sekitar pukul 10 pagi (waktu setempat). Sekretarisnya Gamini Senarath mengatakan dia tidak bisa menghubungi pemimpin saat ini dan tidak tahu keberadaannya.

Baca Juga

Sebuah video yang muncul di media sosial menunjukkan lautan pengunjuk rasa menyerbu Istana Presiden di Kolombo. Beberapa pengunjuk rasa, memegang bendera dan helm Sri Lanka, masuk ke kediaman presiden. Demikian rekaman video dari saluran berita TV lokal News First menggambarkan.

Para pengunjuk rasa juga mengambil kesempatan untuk mendinginkan diri di kolam renang di kediaman resmi Rajapaksa. Dalam video lain, beberapa pengunjuk rasa terlihat menjelajahi dapur di istana kepresidenan.

Tayangan TV juga memperlihatkan ribuan orang mendobrak gerbang sekretariat presiden di tepi laut dan Kementerian Keuangan. Lokasi itu telah menjadi tempat protes selama berbulan-bulan. Personel militer dan polisi di kedua lokasi tidak dapat menahan massa karena mereka meneriakkan slogan-slogan yang meminta Presiden Gotabaya Rajapaksa untuk mundur.

Para pengunjuk juga rasa berpartisipasi dalam demonstrasi anti-pemerintah di luar Stadion Kriket Internasional Galle selama pertandingan hari kedua Pertandingan Uji kriket kedua antara Sri Lanka dan Australia.

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe telah menyerukan pertemuan darurat para pemimpin partai untuk membahas situasi dan mencapai ‘resolusi cepat’, menurut pesan teks dari kantor medianya. Wickremesinghe juga telah meminta pembicara untuk memanggil parlemen.

Pulau berpenduduk 22 juta orang itu berjuang di bawah kekurangan devisa parah yang membatasi impor bahan bakar, makanan dan obat-obatan, yang menjerumuskannya ke dalam krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan pada 1948.

Melonjaknya inflasi, pada rekor 54,6 persen pada Juni dan diperkirakan akan mencapai 70 persen dalam beberapa bulan mendatang, telah menambah kesulitan pada masyarakat Sri Lanka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement