Rabu 13 Jul 2022 08:35 WIB

Kandidat Perdana Menteri Inggris Tinggal Delapan Orang

Delapan politisi Partai Konservatif memperebutkan kursi ketua partai dan PM Inggris

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Sebanyak delapan politisi Partai Konservatif melanjutkan persaingan memperebutkan kursi ketua partai dan Perdana Menteri Inggris yang saat ini diduduki Boris Johnson.
Foto: Ian Vogler/Pool Photo via AP
Sebanyak delapan politisi Partai Konservatif melanjutkan persaingan memperebutkan kursi ketua partai dan Perdana Menteri Inggris yang saat ini diduduki Boris Johnson.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebanyak delapan politisi Partai Konservatif melanjutkan persaingan memperebutkan kursi ketua partai dan Perdana Menteri Inggris yang saat ini diduduki Boris Johnson. Mereka mendapat cukup dukungan dari anggota Partai Konservatif di parlemen dalam pemungutan suara putaran pertama.

Pada pemungutan suara putaran pertama, Selasa (13/7/2022) hanya dua kandidat yang gagal mendapat 20 dukungan, syarat minimal untuk lolos ke putaran selanjutnya. Demi menarik dukungan rekan-rekan mereka para kandidat menjanjikan pemotongan pajak, kejujuran dan pemerintah yang serius.

Baca Juga

Berbanding terbalik dari Johnson yang dipaksa mengundurkan diri pekan lalu. Mantan Menteri Keuangan Rishi Sunak menjadi kandidat unggulan. Diprediksi ia akan bersaing ketat dengan penggantinya di pemerintahan saat ini Nadhim Zahawi dan Menteri Luar Negeri Lis Truss.

Pemimpin Britania yang baru akan menghadapi tantangan yang berat. Sementara jajak pendapat menunjukkan dukungan pada Partai Konservatif juga turun drastis.

Inggris tengah menghadapi inflasi yang meroket, utang menggunung, dan pertumbuhan yang lambat. Keuangan masyarakat tertekan ke tingkat terburuknya dalam berpuluh-puluh tahun. Sementara perang Rusia di Ukraina memicu krisis energi yang menaikan harga bahan bakar.

Saat persaingan semakin intensif para kandidat saling mengkritik satu sama lain. Mereka saling mempertanyakan keuangan atau isu-isu lawan-lawan mereka.

Sunak memulai kampanyenya dengan berperan sebagai kandidat yang serius. Ia menjanjikan kejujuran yang "membangun" bukan "dongeng" yang melenakan. Ia membedakan dirinya dari kandidat yang lain yang berjanji memotong pajak.

"Tidak kredibel untuk menjanjikan pengeluar (pemerintah) yang lebih besar dan pajak yang lebih rendah," kata Sunak. Ia menambahkan pemotingan pajak hanya dapat dilakukan setelah lonjakan inflasi berhasil diatasi.

Sebagai menteri keuangan, Sunak menaikan beban pajak hingga tingkat tertinggi sejak tahun 1950-an. Setelah ia mengawasi pengeluaran besar pemerintah selama pandemi virus korona. Para lawannya dalam persaingan memperebutkan kursi perdana menteri mengatakan akan segera memotong pajak yang dinaikan Sunak.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement