Rabu 13 Jul 2022 10:45 WIB

Korsel Peringatkan Lonjakan Kasus Infeksi Covid-19

Pertama kalinya dalam dua bulan kasus Covid-19 di Korsel melonjak di atas 40 ribu

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Pertama kalinya dalam dua bulan kasus infeksi harian Covid-19 Korea Selatan (Korsel) melonjak di atas 40 ribu.
Foto: EPA-EFE/JEON HEON-KYUN
Pertama kalinya dalam dua bulan kasus infeksi harian Covid-19 Korea Selatan (Korsel) melonjak di atas 40 ribu.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pertama kalinya dalam dua bulan kasus infeksi harian Covid-19 Korea Selatan (Korsel) melonjak di atas 40 ribu. Pemerintah memperingatkan potensi lonjakan kasus infeksi lima kali lipat dalam beberapa bulan ke depan.

"Kasus infeksi dari pertengahan Agustus sampai akhir September dapat melonjak sebanyak 200 ribu per hari," kata Perdana Menteri  Han Duck-soo pada rapat respon Covid-19 pemerintah Korsel, Selasa (12/7/2022).

Baca Juga

Ia mengutip pandangan Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korsel (KDCA) dan para pakar. Pada Selasa ini Negeri Ginseng melaporkan 40.266 kasus infeksi.

Angka tersebut naik sekitar 8 persen dibanding hari sebelumnya dan yang tertinggi sejak 11 Mei lalu yang sebanyak 43.908 kasus. Tidak hanya Korsel sejumlah negara Asia juga memperingatkan gelombang kasus infeksi.

Sebelumnya dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)  mengatakan, Covid-19 tetap menjadi keadaan darurat global. Pandemi Covid-19 telah melanda dunia selama hampir 2,5 tahun.

Komite Darurat WHO mengatakan, meningkatnya kasus, evolusi virus yang sedang berlangsung dan tekanan pada layanan kesehatan di sejumlah negara menandakan bahwa Covid-19 masih darurat. Dalam dua pekan terakhir, WHO menerima laporan kenaikan kasus Covid-19 sebanyak 30 persen secara global.

Covid-19 belum berakhir. Ketika virus memukul kita, maka kita harus melawan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

WHO pertama kali menyatakan tingkat kewaspadaan tertinggi, yang dikenal sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional Covid-19 pada 30 Januari 2020. Tekad semacam itu dapat membantu mempercepat penelitian, pendanaan, dan langkah-langkah kesehatan masyarakat internasional untuk mengatasi penyakit.

Tedros mengatakan  kemampuan untuk melacak evolusi genetik Covid-19 berada di bawah ancaman, ketika negara-negara melonggarkan upaya pengawasan dan pengurutan genetik. Tedros memperingatkan bahwa, kelalaian tersebut akan membuat lebih sulit untuk menangkap varian baru yang berpotensi berbahaya.

Tedros menyerukan kepada seluruh negara untuk meningkatkan vaksinasi Covid-19, terutama bagi populasi yang paling rentan, termasuk petugas kesehatan dan orang-orang di atas 60 tahun. Tedros mengatakan, rendahnya tingkat vaksinasi Covid-19 berisiko menimbulkan penyakit parah dan kematian.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement