Rabu 20 Jul 2022 17:55 WIB

Gelombang Panas Picu Berbagai Bencana di Eropa

Kebakaran menyebabkan ribuan orang mengungsi dan kereta tidak berfungsi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Foto ini disediakan oleh pemadam kebakaran wilayah Gironde (SDIS 33) menunjukkan seorang petugas pemadam kebakaran memadamkan api di dekat Landiras, Prancis barat daya, Sabtu 16 Juli 2022. Angin kencang dan cuaca panas dan kering membuat upaya petugas pemadam kebakaran Prancis frustrasi untuk mengatasi kebakaran hutan besar yang melanda hutan pinus di wilayah Bordeaux pada hari Sabtu untuk hari kelima berturut-turut, salah satu dari beberapa Eropa yang terik dalam beberapa hari terakhir.
Foto:

Jadwal kereta dari London ke timur Inggris pada Rabu dibatalkan setelah api yang membakar peralatan pengirim sinyal di Kota Peterborough, Inggris tengah. Kebakaran lain merusak jaringan rel.

Jaringan transportasi Jerman juga terganggu oleh cuaca ekstrem. Pihak berwenang navigasi mengatakan tingkat permukaan air Sungai Rhine turun jauh. Kapal kargo yang berlayar di sungai itu harus mengurangi muatan mereka.

Hal ini menghambat pengiriman melalui sungai-sungai di Duisburg, selatan Jerman. Panel ilmuwan iklim PBB (IPCC) sudah mengkonfirmasi perubahan iklim membuat gelombang panas semakin panas dan sering.

Emisi gas rumah kaca yang berasal dari aktivitas manusia membuat bumi lebih panas 1,2 derajat Celsius dibanding zaman pra-industri. Garis dasar yang lebih hangat artinya suhu bumi dapat jauh lebih panas ketika gelombang panas terjadi.

"Setiap gelombang panas yang telah kami alami hari ini semakin panas dan sering karena perubahan iklim," kata ilmuwan iklim di  Imperial College London,  Friederike Otto yang juga memimpin penelitian kolaborasi World Weather Attribution.

photo
Kabut panas terlihat di atas rel kereta api di stasiun kereta Alexandra Palace di London, Selasa 19 Juli 2022. Jutaan orang di Inggris terbangun dari malam terpanas di negara itu pada Selasa dan bersiap menghadapi hari ketika suhu bisa memecahkan rekor, sebagai panas gelombang yang menghanguskan Eropa menerjang negara yang tidak dibangun untuk ekstrem seperti itu - (AP/Yui Mok/PA)

Namun gelombang panas juga dipicu kondisi lain. Di Eropa sirkulasi atmosfer merupakan faktor penting.

Penelitian jurnal Nature bulan ini menemukan gelombang panas di Eropa tiga sampai empat kali lebih cepat dibanding lintang utara lainnya seperti Amerika Serikat. Penulis laporan ini mengaitkannya pada perubahan arus jet atau  jet stream, gerakan udara dari barat ke timur di dunia bagian utara.

Demi melihat seberapa besar perubahan iklim berdampak pada gelombang panas tertentu, sejak tahun 2004 ilmuwan menggelar "penelitian atribusi". Sudah lebih dari 400 penelitian dilakukan pada peristiwa cuaca ekstrem seperti gelombang panas, banjir dan kekeringan.

Penelitian-penelitian itu bertujuan mencari tahu seberapa banyak peran perubahan iklim dalam bencana-bencana tersebut. Para peneliti membandingkan situasi iklim saat ini dengan simulasi bumi tanpa gas rumah kaca yang disebabkan aktivitas manusia.

World Weather Attribution menemukan gelombang panas di Eropa Barat yang terjadi pada Juni 2019 seratus kali lebih mungkin terjadi di Prancis dan Belanda dibandingkan bila manusia tidak mengubah iklim.

"Tanpa pengaruh manusia pada iklim rata-rata gelombang panas ekstrem di darat akan lebih mungkin terjadi satu kali setiap 10 tahun kini tiga kali lebih sering," kata peneliti iklim dari ETH Zurich Sonia Seneviratne.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement