Rabu 20 Jul 2022 17:55 WIB

Gelombang Panas Picu Berbagai Bencana di Eropa

Kebakaran menyebabkan ribuan orang mengungsi dan kereta tidak berfungsi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Foto ini disediakan oleh pemadam kebakaran wilayah Gironde (SDIS 33) menunjukkan seorang petugas pemadam kebakaran memadamkan api di dekat Landiras, Prancis barat daya, Sabtu 16 Juli 2022. Angin kencang dan cuaca panas dan kering membuat upaya petugas pemadam kebakaran Prancis frustrasi untuk mengatasi kebakaran hutan besar yang melanda hutan pinus di wilayah Bordeaux pada hari Sabtu untuk hari kelima berturut-turut, salah satu dari beberapa Eropa yang terik dalam beberapa hari terakhir.
Foto:

Suhu udara bumi hanya dapat turun bila manusia berhenti menambah gas rumah kaca ke atmosfer. Bila hal itu tidak dilakukan maka gelombang panas akan semakin buruk. Kegagalan mengatasi perubahan iklim akan meningkatkan panas ekstrem hingga lebih berbahaya.

Dalam Perjanjian Paris 2015 negara-negara di seluruh dunia sepakat memotong emisi cukup cepat hingga membatasi pemanasan global sampai 2 derajat Celsius dan bertahan di 1,5 derajat Celsius demi menghindari dampak berbahaya. Kebijakan saat ini tidak cukup cepat memotong emisi untuk mencapai tujuan itu.

Di zaman pra-industri gelombang panas terjadi satu kali setiap sepuluh tahun. IPCC mengatakan gelombang panas terjadi 4,1 kali lebih sering dengan suhu 1,5 derajat Celsius lebih hangat dan 5,6 kali lebih sering dengan suhu 2 derajat Celsius.

Seneviratne mengatakan membiarkan bumi lebih hangat 1,5 derajat Celsius artinya gelombang panas akan semakin sering terjadi di masa depan. Perubahan iklim meningkatkan kondisi panas dan kering yang memicu kebakaran lebih cepat menyebar, lebih lama dan lebih intensif.

Spanyol

photo
Foto ini disediakan Kamis 14 Juli 2022 oleh pemadam kebakaran wilayah Gironde (SDIS33) menunjukkan kebakaran hutan di dekat Landiras, Prancis barat daya, Rabu, 13 Juli 2022. Serentetan kebakaran hutan menghanguskan beberapa bagian Eropa, dengan petugas pemadam kebakaran berjuang melawan api di Portugal, Spanyol, dan Prancis selatan. Di Prancis, dua kebakaran berkobar di luar kendali di wilayah sekitar Bordeaux di barat daya Prancis selama tiga hari berturut-turut, meskipun ada upaya 1.000 petugas pemadam kebakaran dan pesawat penampung air untuk menahannya. - (AP/Service Communication-Protocole )

Perubahan iklim telah meningkatkan lama dan luas lahan yang terbakar di Mediterania. Tahun lalu lebih dari setengah juta hektar lahan Uni Eropa hangus oleh kebakaran hutan. Menjadi musim panas terburuk kedua bagi blok itu setelah tahun 2017.  

Cuaca panas juga mengurangi kelembaban tumbuh-tumbuhan. Sehingga vegetasi yang kering akan membantu api cepat menyebar.

"Kondisi yang lebih panas, kering saat ini, hanya membuat (api) jauh lebih berbahaya," kata ilmuwan senior di Copernicus Center, Mark Parrington.

Portugal dan Yunani berpengalaman menghadapi kebakaran hutan sepanjang musim panas. Dengan anggaran darurat Uni Eropa mereka memiliki infrastruktur untuk menghadapinya.

Tapi suhu udara mendorong kebakaran hutan menyebar ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak pernah mengalaminya dan kurang siap menghadapinya. Pengelolaan hutan dan sumber api juga faktor penting.

Sembilan dari 10 kebakaran hutan di Eropa dipicu aktivitas manusia. Seperti pembakaran, barbeque, jaringan listrik atau sampah kaca. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement