Selasa 02 Aug 2022 08:11 WIB

Aktivis Myanmar: Jurnalis Jepang yang Ditahan Hadiri Unjuk Rasa

Warga Jepang yang ditahan hadiri unjuk rasa memprotes eksekusi aktivis demokrasi

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Orang-orang berbaris untuk memprotes pengambilalihan militer di Yangon, Myanmar
Foto: AP Photo
Orang-orang berbaris untuk memprotes pengambilalihan militer di Yangon, Myanmar

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Aktivis Myanmar mengatakan sutradara film dokumenter Jepang yang ditahan pemerintah junta menghadiri unjuk rasa di Kota Yangon pada akhir pekan lalu. Unjuk rasa itu memprotes eksekusi aktivis demokrasi yang dilakukan militer baru-baru ini.

Pada Senin (1/8/2022) aktivis dan media Myanmar melaporkan warga negara Jepang itu diidentifikasi sebagai Toru Kubota.

Baca Juga

Pernyataan aktivis dan laporan media tersebut belum dapat dikonfirmasi secara independen. Juru bicara junta Myanmar tidak menjawab panggilan telepon untuk dimintai komentar.

Juru bicara pemerintah Jepang Deputi Kepala Sekretariat Kabinet Seiji Kihara mengkonfirmasi Myanmar menahan seorang warganya. Ia mengatakan Jepang telah meminta Myanmar untuk segera membebaskan pria itu.

Dalam konferensi pers, Senin (1/8/2022) Kihara mengatakan seorang pria Jepang berusia 20 tahun-an merekam unjuk rasa pada 30 Juli lalu dan ditahan pihak berwenan Myanmar. Kedutaan Besar Jepang di Myanmar, kata Kihara, sudah menekan pemerintah Myanmar segera membebaskannya.

Puluhan orang menggelar unjuk rasa di Kedutaan Besar Myanmar di Tokyo sebagai bentuk dukungan pada Kubota dan tahanan lainnya. Aktivis yang menghadiri unjuk rasa di Yangon Ahad (31/8) mengatakan ia melihat Kubota sekitar pukul 03.00 pagi Distrik Dagon, Yangon Selatan.

Ia melihat Kubota langsung pergi dan berjalan menuju terminal bus. "Sepanjang yang kami tahu, ia orang pertama yang ditahan. Tiga lainnya ditahan sekitar pukul 03.30 di terminal bus," kata aktivis yang merupakan ketua organisasi  Yangon Democratic Youth Strike.

"Kami mencemaskan keselamatannya," tambah aktivis yang tidak bersedia disebutkan namanya karena alasan keamanan. Aktivis lain yang terlibat dalam unjuk rasa mengkonfirmasi penangkapan itu.

Organisasi aktivis Assistance Association for Political Prisoners mengatakan sejak kudeta Februari tahun lalu militer Myanmar telah menangkap lebih dari 15 ribu orang dan 11.820 diantaranya masih berada di tahanan. Unjuk rasa Sabtu (30/7) perlawanan yang jarang terlihat di kota terbesar di Myanmar.

Demonstrasi itu digelar setelah junta militer mengumumkan telah mengeksekusi empat aktivis demokrasi yang mereka tuduh melakukan "aksi teror." Tahun lalu jurnalis Jepang Yuki Kitazumi ditangkap di Myanmar dan didakwa menyebarkan berita palsu selama militer membungkam media usai kudeta.

Ia kemudian diizinkan meninggalkan Myanmar dan pulang ke Jepang. Pada tahun 2007 lalu tentara Myanmar menembak dan membunuh seorang jurnalis Jepang selama unjuk rasa pro demokrasi.

Berdasarkan situs portofolionya, Kubota yang bermarkas di Tokyo mengatakan ia fokus pada isu konflik etnis, imigran dan pengungsi. Ia mengatakan pernah bekerja di perusahaan media seperti News Japan, VICE JAPAN dan Al Jazeera English.

Aktivis Myanmar yang kini berada di Thailand Thet Swe Win mengatakan Kubota membuat film dokumenter mengenai dirinya. Bulan lalu jurnalis Jepang itu memberitahunya ia mendapatkan visa untuk kembali ke Myanmar.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement