REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Presiden Kolombia terpilih Gustavo Petro akan mengusulkan insentif bagi anggota geng Clan del Golfo yang melucuti senjatanya dan memberikan informasi tentang penyelundupan narkoba ke pemerintah. Tidak disebutkan insentif apa yang akan diberikan.
Hal ini disampaikan Alvaro Leyva yang merupakan calon Menteri Luar Negeri pemerintahan Petro. Ekonom berusia 62 tahun itu akan dilantik pada Ahad (7/8/2022) mendatang. Sebelumnya ia mengatakan Clan del Golfo harus menyerah.
Pada Kamis (4/8/2022) Leyva mengatakan anggota klan yang menyerah akan menjalani hukuman penjara yang lama. Sementara proposal acceptance atau penerimaan ini akan memberi mereka manfaat yang tidak disebutkan dalam bentuk apa.
"Kepentingannya kedamaian total, Clan del Golfo, menyerah atau menerima?" kata Leyva dalam sebuah kegiatan damai.
Ia menambahkan akan ada manfaat dalam program menerima seperti kesepakatan damai antara pemerintah dan pemberontak FARC. Petro yang mantan anggota geriliya M-19 sudah berjanji mencari perdamaian total.
Ia berjanji menghidupkan kembali negosiasi gagal dengan pemberontak Tentara Pembebasan Nasional (ELN) dan mengadakan dialog dengan geng-geng kejahatan. Bulan lalu enam geng kriminal termasuk Clan del Golfo mengatakan mereka bersedia mengoordinasikan gencatan senjata.
Mereka ingin jaminan yang sama dengan kelompok lain yang sudah dilucuti senjatanya lewat perjanjian damai. Mereka meminta pemerintah untuk menangguhkan ekstradisi orang-orang yang berkomitmen pada proses perdamaian.
Senator dari sayap kiri Ivan Cepeda mengatakan dialog dengan geng kriminal tidak akan diklasifikasi sebagai negosiasi. Sementara komisioner perjanjian perdamaian mengatakan pemerintah mungkin ingin melucuti sebanyak mungkin geng kriminal.
Clan del Golfo merupakan kelompok kriminal terbesar di Kolombia dengan sekitar 1.200 kombatan. Mereka terlibat dalam penambangan ilegal, penyelundupan narkoba dengan kartel Meksiko, dan pembunuhan pejabat dan tokoh masyarakat. Komisi kebenaran Kolombia mencatat kekerasan bersenjata internal dari tahun 1985 sampai 2018 telah menewaskan sekitar 450 ribu orang.