Kamis 11 Aug 2022 16:50 WIB

Ilmuwan Temukan Virus Langya di China Timur

Virus langya menyebabkan demam akut, kelelahan, batuk dan kehilangan nafsu makan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Petugas kesehatan memperbaiki peralatan mereka saat orang-orang mengantre untuk tes COVID-19 di Beijing, China, 27 April 2022. Para ilmuwan di Asia telah mengidentifikasi virus baru yang dapat menyebabkan demam parah dan kemungkinan ditularkan dari hewan ke manusia di China timur.
Foto:

"Tidak ada kontak dekat atau riwayat paparan umum di antara pasien, yang menunjukkan bahwa infeksi pada populasi manusia mungkin sporadis. Pelacakan kontak dari 9 pasien dengan 15 anggota keluarga kontak dekat mengungkapkan, tidak ada penularan LayV kontak dekat, tetapi ukuran sampel kami terlalu kecil untuk menentukan status penularan dari manusia ke manusia untuk LayV," kata para peneliti.

Seorang profesor di Duke-NUS Medical School Singapura, Wang Linfa, yang terlibat dalam penelitian ini, mengatakan kepada China's Global Times bahwa, kasus infeksi LayV tidak berakibat fatal atau sangat serius. Namun publik tidak perlu panik.

Para peneliti mengatakan, LayV secara genetik paling dekat hubungannya dengan virus mematikan Mojiang henipa yang menginfeksi enam penambang di Cina selatan pada 2012. Tiga dari enam penambang itu akhirnya meninggal dunia.

LayV juga termasuk dalam keluarga yang sama dengan virus Nipah dan Hendra. Virus Nipah pertama kali dikenali selama wabah di antara peternak babi di Malaysia pada 1999. Virus ini juga telah diidentifikasi di Bangladesh dan India.

Infeksi Nipah bisa berakibat fatal, dengan 40 hingga 75 persen orang yang terinfeksi meninggal dalam wabah sebelumnya. Virus ini ditularkan dari hewan ke manusia, seperti kelelawar dan babi, atau dari manusia ke manusia.

 

Sementara virus Hendra pertama kali diidentifikasi di Australia pada 1999 dan telah menginfeksi tujuh manusia dan lebih dari 70 kuda. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, semua insiden itu hanya terjadi di pantai timur laut Australia. Sejauh ini, belum ada pengobatan atau vaksin untuk infeksi henipavirus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement