REPUBLIKA.CO.ID, HELSINKI -- Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin mengatakan ia menjalani tes narkoba setelah video saat ia berpesta dengan teman-temannya tersebar ke media sosial. Ia menegaskan tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang.
Marin yang berusia 36 tahun mengatakan kemampuannya menjalani tugas resmi tidak terganggu dan ia akan meninggalkan pesta ketika diminta bekerja. Video Marin berpesta dengan influencer dan selebriti Finlandia tersebar di media sosial pekan ini.
Beberapa media di Finlandia dan luar negeri juga mempublikasikan. "Dalam beberapa hari terakhir, terdapat tuduhan publik mengerikan saya berada di ruangan di mana obat-obatan digunakan atau saya sendiri memakai obat-obatan," kata Marin dalam konferensi pers, Sabtu (20/8/2022).
"Saya menanggapi tuduhan itu dengan sangat serius, dan meski saya menilai tuntutan tes narkoba tidak adil, demi perlindungan hukum saya dan menjernihkan keraguan, saya menjalani tes narkoba hari, hasilnya akan keluar dalam satu pekan," tambahnya.
Marin yang terpilih sebagai perdana menteri di usia 34 tahun pada 2019 lalu. Dihujani kritikan dari oposisi yang mendesaknya menjalani tes narkoba usai video pestanya beredar di internet.
Ketua Partai Social Demokrat yang mendukung Marin mengatakan perdana menteri tidak pernah memakai narkoba dan ia tidak melihat ada yang melakukannya di pesta itu.
Banyak yang memuji Marin karena bisa menyeimbangkan antara pekerjaan yang sangat menuntut dengan kehidupan pribadi. Tapi yang lain juga mempertanyakan keputusannya mengizinkan dirinya direkam selama pesta pribadi.
Saat hubungan Eropa dan Rusia tengah memanas karena perang di Ukraina. Marin juga dikritik karena pestanya dianggap dapat mengintervensi kemampuannya untuk melaksanakan tugas dengan cepat bila krisis tiba-tiba menghantam Finlandia.
"Bila terjadi situasi krisis, saya akan mengetahuinya sebelum Sabtu tengah malam," katanya pada wartawan. Ia menambahkan angkatan bersenjata Finlandia dipersenjatai dengan baik untuk menghadapi krisis militer apa pun yang mungkin melanda negara itu.
Finlandia yang berbatasan dengan Rusia telah mengajukan keanggotaan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara dengan Swedia. Rusia menanggapi keputusan ini dengan negatif.