Sabtu 20 Aug 2022 19:15 WIB

Zimbabwe Dilanda Inflasi 257 Persen, Presiden Menerbitkan Koin Emas

Koin emas menjadi alat pembayaran yang sah di Zimbabwe.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Gubernur Reserve Bank of Zimbabwe, John Mangudya memegang sampel koin emas pada peluncuran di Harare, Senin, 25 Juli 2022. Zimbabwe telah meluncurkan koin emas untuk dijual kepada publik dalam upaya untuk menjinakkan inflasi yang tidak terkendali yang telah semakin mengikis mata uang negara yang tidak stabil.
Foto: AP Photo/Tsvangirayi Mukwazhi
Gubernur Reserve Bank of Zimbabwe, John Mangudya memegang sampel koin emas pada peluncuran di Harare, Senin, 25 Juli 2022. Zimbabwe telah meluncurkan koin emas untuk dijual kepada publik dalam upaya untuk menjinakkan inflasi yang tidak terkendali yang telah semakin mengikis mata uang negara yang tidak stabil.

REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Setelah bekerja sebagai penjaga keamanan semalam di sebuah gereja di kota Mabvuku yang miskin di Harare, Jeffrey Carlos bergegas pulang untuk membantu istrinya mengambil air untuk dijual.

Kekurangan air yang berkepanjangan membuat sebagian besar penduduk ibu kota berpenduduk lebih dari 2,4 juta itu harus mencari air sendiri. Carlos beruntung karena properti yang disewanya memiliki sumur dan keluarganya bisa mengangkut ember berisi air untuk dijual ke tetangga.

Baca Juga

"Ini adalah emas kami," kata ayah tiga anak berusia 50 tahun itu saat menjawab tentang air sumur seperti dikutip dari AP, Sabtu (20/8/2022).

Ia mengatakan, jika sedang beruntung, Carlos bisa menjual hingga 12 ember air per hari seharga 2 dolar AS. Menurutnya, hasil pendapatannya itu cukup untuk menafkahi keluarganya sehari-hari.

Kenaikan harga dan depresiasi mata uang yang cepat telah mendorong banyak orang Zimbabwe ke jurang ekonomi, mengingatkan orang-orang ketika negara Afrika selatan menghadapi inflasi rekor dunia sebesar 5 miliar persen pada tahun 2008.

Dengan inflasi melonjak dari 191 persen pada bulan Juni menjadi 257 persen pada bulan Juli, banyak Orang-orang Zimbabwe khawatir negara itu akan kembali ke hiperinflasi seperti dahulu.

Untuk mencegah kembalinya bencana ekonomi seperti itu, Presiden Zimbabwe, Emmerson Mnangagwa bulan lalu mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Yakni dengan memperkenalkan koin emas sebagai alat pembayaran yang sah.

Bank sentral negara itu, Reserve Bank of Zimbabwe, mengatakan, karena nilai satu ons, koin 22 karat akan ditentukan oleh harga emas internasional, mereka akan membantu menjinakkan inflasi yang tak terkendali dan menstabilkan mata uang negara.

Namun nyatanya, kilauan koin emas sulit dilihat bagi warga Zimbabwe yang berjuang setiap hari untuk mencari nafkah. Meskipun mahal dengan harga rata-rata di bawah 2.000 dolar AS per koin, Gubernur Bank Sentral Zimbawe John Mangudya mengatakan koin itu akan memiliki efek menetes yang pada akhirnya akan membantu rakyat biasa.

“Orang biasa akan mendapat manfaat lebih dari stabilitas disediakan oleh koin emas ini. Di mana ada stabilitas, uang akan memiliki nilai dan stabilitas harga,” kata Mangudya menjelang peluncuran.

Dia mengatakan bank sentral berencana untuk memperkenalkan koin emas dalam denominasi yang lebih kecil pada bulan November untuk memungkinkan orang biasa juga menggunakannya sebagai mekanisme tabungan. Koin yang lebih kecil akan menjadi setengah ons, seperempat ons dan 0,1 ons.

Tetapi banyak orang seperti Carlos mengatakan bahwa mereka hampir tidak mampu membeli makanan, apalagi mendapatkan cukup uang untuk menabung. “Di mana saya akan mendapatkan uang untuk membeli koin emas? Ini untuk mereka, orang kaya. Orang miskin seperti saya tidak melihat perbedaan. Hal-hal terus menjadi sulit di negara ini,” katanya/

“Koin emas adalah skema untuk elit. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin,” kata Gift Mugano, seorang profesor ekonomi.

Dengan begitu banyak orang Zimbabwe yang berebut mendapatkan makanan untuk dimakan setiap hari, ada pertanyaan apakah koin emas akan membantu mereka.

“Orang-orang sedang berjuang. Mereka hidup dari tangan ke mulut sehingga kebanyakan orang mungkin tidak benar-benar memiliki uang untuk ditabung. Kebanyakan orang berada dalam mode bertahan hidup karena inflasi,” kata Prosper Chitambara, seorang ekonom yang berbasis di Harare.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement