Kamis 25 Aug 2022 22:15 WIB

Tradisi Minum Teh Karak UEA yang Terdampak Inflasi dan Perang

Teh karak, salah satu suguhan yang sangat murah sehingga bisa dinikmati banyak orang

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Teh dan susu merupakan salah satu minuman terpopuler di dunia (Ilustrasi Teh Susu Panas)
Foto:

Orang India dan Pakistan yang membangun emirat pesisir mendambakan masala chai, tetapi tidak memiliki uang untuk membeli susu segar dan waktu untuk memasak teh perlahan di atas api batu bara. Mereka membutuhkan chai cepat dengan harga murah yang dapat disimpan dan disajikan dalam jumlah besar di lokasi konstruksi.

“Karak lahir dari kebutuhan. Itulah yang diizinkan oleh situasi ekonomi selama beberapa dekade yang lalu," ujar kata ahli yang meneliti karak Abdulla Moaswes.

Popularitas teh terus meningkat selama bertahun-tahun dan menjadi ritual sosial serta rutinitas yang sangat diperlukan. Tren menyebar ke Emirat, yang secara tradisional menyeduh teh Arab berwarna hitam tetapi sekarang mengklaim chai susu sebagai bagian dari warisan mereka. Otoritas pariwisata Dubai mempromosikan tempat karak  kelas atas kepada pengunjung.

“Ini nostalgia bagi saya. Itu adalah sarapan setiap hari,” kenang Ahmed Kazim, seorang Emirat yang membantu menemukan toko karak kelas atas yang populer, Project Chaiwala. “Ini adalah budaya UEA. Anda akan melihat seorang pria dengan sepeda berhenti di sebelah Lamborghini," katanya.

Harga karak adalah 50 fils selama seperempat abad, naik menjadi satu dirham pada 2004 saat Dubai bergegas membangun cakrawala gurun yang berkembang pesat. Beberapa orang khawatir jika harga terus naik, bahan pokok mungkin akan hilang dari kelas pekerja yang menciptakannya.

Pemilik toko roti di kawasan Karama lama di Dubai Shashank Upadhyay mencoba menjual karak seharga dua dirham awal tahun ini. Namun dia dengan cepat membatalkannya setelah melihat pelanggannya terganggu.

“Di daerah ini, chai terlalu penting. Jika kita terus meningkatkannya, itu akan menjadi sesuatu bagi orang-orang yang pergi ke restoran kelas atas. Tapi ini untuk pekerja lokal, seperti kami," ujar Upadhyay.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement