REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Pemerintah Jepang akan menghabiskan 1,83 juta dolar AS atau sekitar Rp26 juta untuk pemakaman kenegaraan mantan pemimpin Shinzo Abe yang meninggal ditembak. Rencana pemakaman ini dilayangkan meski publik banyak yang menentang setelah terungkapnya hubungan partai berkuasa dengan Gereja Unifikasi.
Pemerintah Perdana Menteri Fumio Kishida memutuskan pemakaman kenegaraan akan dibayar dengan dana negara. Namun jajak pendapat menunjukkan penentangan kuat terhadap gagasan tersebut.
Dalam survey terbaru yang diterbitkan pekan lalu, sebanyak 53 persen responden menentang pemakaman kenegaraan. Publik telah dibuat marah oleh pengungkapan hubungan antara partai yang berkuasa dan Gereja Unifikasi.
Sebagian besar responden jajak pendapat merasa belum sepenuhnya dijelaskan. Hal ini pun menambah penat bagi pemerintahan Kishida dan membuat dukungan padanya semakin menurun.
Gereja, yang didirikan di Korea Selatan pada 1950-an dan terkenal dengan pernikahan massalnya, selama bertahun-tahun menghadapi pertanyaan tentang bagaimana cara mengumpulkan sumbangan. Terduga pembunuh Abe, ditangkap di tempat kejadian beberapa saat setelah penembakan.
Pelaku menaruh dendam terhadap gereja dan menuduh gereja itu membuat ibunya bangkrut. Ia pun menyalahkan Abe karena mempromosikannya.
Pelaku pria itu kini tengah menjalani evaluasi psikiatri. Pemakaman terakhir yang sepenuhnya didanai negara untuk seorang perdana menteri adalah untuk Shigeru Yoshida pada tahun 1967. Pemakaman berikutnya telah dibayar oleh negara dan Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa, di mana Abe adalah anggota yang berpengaruh.
Beberapa pemimpin dunia saat ini dan mantan diharapkan hadir, dengan laporan berita mengatakan pengaturan sedang dibuat untuk mantan Presiden AS Barack Obama. Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan hadir.