Senin 29 Aug 2022 23:13 WIB

Intensitas Serangan Brutal Zionis Israel ke Tepi Barat, Sudah 85 Warga Palestina Syahid

Israel melakukan serangan secara intensif ke Tepi Barat Palestina

Rep: Rizky Jaramaya / Red: Nashih Nashrullah
Tentara Israel membidik selama bentrokan menyusul protes di pusat kota kota Hebron, Tepi Barat, 09 Agustus 2022. Tiga warga Palestina tewas, pada 09 Agustus, ketika tentara Israel meledakkan sebuah rumah mereka di dalam di kota tua Kota Nablus di Tepi Barat, menurut sumber medis. Kementerian Kesehatan mengkonfirmasi kematian tiga warga Palestina yang dibawa ke rumah sakit dalam kondisi sangat kritis.
Foto:

Terkadang mereka menyalakan lampu dan pengeras suara, berharap dapat memancing pelempar batu atau pria bersenjata keluar ke jalan-jalan, sehingga pasukan Israel dapat menangkap atau menghadapi mereka. 

“Cara kami menduduki Palestina adalah dengan menciptakan lebih banyak gesekan, membuat kehadiran kami terasa. Kami menyerbu kota mereka, desa mereka, dan rumah mereka," ujar Givati. 

Dalam sebuah pernyataan, tentara Israel membantah tuduhan Givati. Pasuka  Israel mengatakan, mereka bertindak karena ada operasi teroris yang menimbulkan ancaman keamanan di Israel dan wilayah pendudukan Tepi Barat. 

Israel mengatakan, mereka sedang menyelidiki dugaan bahwa pasukan Israel membunuh warga sipil. 

Tetapi kelompok-kelompok hak asasi mengatakan, sebagian besar dari penyelidikan itu diam-diam telah ditutup dan tentara Israel jarang menghadapi sanksi serius. 

Namun ada dua kasus yang menjadi sorotan yaitu pembunuhan jurnalis veteran Aljazirah, Shireen Abu Akleh yang ditembak oleh pasukan Israel. 

Kematian Abu Akleh, telah mendorong sejumlah penyelidikan independen. Penyelidikan independen menyimpulkan, Abu Akleh kemungkinan dibunuh oleh tembakan Israel. Namun Israel membantah menargetkan Abu Akleh dan masih menyelidiki kasus tersebut. 

Kemudian ada juga kematian Omar Assad pada Januari. Pria berusia 78 tahun ini meninggal tak lama setelah tentara Israel mengikat dan menutup matanya, serta meninggalkannya dalam cuaca dingin.  

Dalam kasus itu, para perwira senior Israel mendapatkan teguran dan dicopot dari kepemimpinannya. 

Abu Akleh dan Assad adalah orang Palestina yang memiliki kewarganegaraan Amerika Serikat. Oleh karena itu, Washington ikut mengangkat kedua kasus tersebut dengan Israel. 

Pekan lalu, Israel memecat empat tentaranya setelah mereka tertangkap kamera sedang memukul dan menendang dua orang Palestina yang ditahan. 

Namun, keadilan tidak berpihak pada keluarga Salah Sawafta. Dia ditembak di luar toko roti saat kembali dari salat subuh di Kota Tubas, Tepi Barat pada awal bulan ini. Sawafta tertembak ketika pasukan Israel terlibat baku tembak dengan orang-orang bersenjata Palestina. 

Keluarga Sawafta meyakini, dia dibunuh oleh penembak jitu Israel di sebuah gedung di seberang jalan. Pemilik toko roti yang menyaksikan penembakan itu, Zakreya Abu Dollah, mengatakan, dia melihat tentara Israel bertebaran di jalanan. Tetapi tidak ada pria bersenjata Palestina atau pelempar batu di daerah terdekat. 

Baca juga: Mantan Imam Masjidil Haram Syekh Taleb Dijatuhi Hukuman Penjara 10 Tahun

Militer mengatakan sedang menyelidiki kematian Sawafta. Israel mengklaim Sawafta tewas terkena peluru nyasar yang ditembakkan oleh militan Palestina.

Jehad Sawafta mengatakan, Salah Sawafta tidak memiliki hubungan dengan faksi politik atau kelompok militan mana pun.

Jehad mengatakan,  mendiang saudara laki-lakinya mencari nafkah dengan berdagang pakan ternak.  

Salah memiliki seorang putra dan empat putri. Salah satu putri Salah berencana menikah pada Jumat (26/8/2022) lalu. Namun Salah tewas dibunuh seminggu sebelum pernikahan putrinya. 

 

“Putri keduanya seharusnya menikah pada 26 Agustus, tetapi kemudian semuanya menjadi terbalik. Gadis-gadis itu sangat mencintai ayah mereka, karena dia memberikan kehidupan yang baik dan bermartabat," kata Jehad.      

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement