REPUBLIKA.CO.ID,JEDDAH -- Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengutuk serangan bom yang menargetkan sebuah masjid di Herat, Afghanistan, pada Jumat (2/9) lalu. Sedikitnya 18 orang tewas dalam insiden tersebut.
“OKI menyatakan belasungkawa terdalamnya kepada keluarga para korban dan harapan tulusnya kepada yang terluka agar sepenuhnya pulih dengan cepat,” kata OKI dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Arabiya, Ahad (4/9).
OKI turut menyampaikan keprihatinan karena aksi serangan, termasuk serangan bom, yang terjadi secara sporadis di berbagai wilayah di Afghanistan kian memperburuk situasi keamanan serta perdamaian sosial rakyat di sana. “OKI memperbarui solidaritas tegas dengan Afghanistan dan rakyatnya yang telah lama menderita,” katanya.
Masjid Gazargah yang berada di kota Herat, Afghanistan, menjadi sasaran serangan bom pada Jumat lalu. Insiden itu turut menewaskan seorang ulama terkemuka pro-Taliban, yakni Mujib ur Rahman Ansari. “Ulama negara yang kuat dan berani menjadi martir dalam serangan brutal,” kata juru bicara pemerintahan Taliban Zabihullah Mujahid lewat akun Twitter-nya.
Selain pro Taliban, Ansari dikenal dengan gaya pidatonya yang berapi-api. Pada Juli lalu, dalam sebuah pertemuan keagamaan di Kabul, Ansari menyerukan agar warga yang berusaha melawan pemerintahan Taliban dipenggal. “Bendera (Taliban) ini tidak mudah dikibarkan, dan tidak akan diturunkan dengan mudah.
Ansari adalah ulama pro-Taliban kedua yang tewas akibat serangan bom dalam kurun kurang dari sebulan. Ulama pro-Taliban pertama yang terbunuh adalah Rahimullah Haqqani. ISIS mengklaim bertanggung jawab atas tewasnya Haqqani.
Sepanjang tahun ini, terdapat sejumlah masjid di Afghanistan yang telah menjadi sasaran serangan bom. ISIS mengklaim mendalangi beberapa serangan di antaranya. Dalam aksinya, ISIS mengincar komunitas minoritas seperti Syiah, Sufi, dan Sikh.
Setelah menguasai kembali Afghanistan pada Agustus tahun lalu, Taliban sempat mengklaim bahwa mereka telah berhasil mengalahkan ISIS. Menurut Taliban, ISIS sudah tak memiliki kekuatan di negara tersebut. Terlepas dari klaim tersebut, ISIS tetap beberapa kali mengaku menjadi otak di balik sejumlah serangan bom di sana.