REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA – Uganda telah melaporkan enam kasus baru Ebola di negaranya. Awal pekan ini negara tersebut mengumumkan kemunculan kembali wabah Ebola setelah berhasil ditanggulangi pada 2019.
“Sejauh ini, tujuh kasus, termasuk satu kematian, telah dipastikan tertular virus Ebola Sudan,” kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah pernyataan terkait perkembangan wabah Ebola di Uganda, Kamis (22/9/2022).
WHO mengungkapkan, 43 kontak telah diidentifikasi dan 10 orang yang diduga tertular virus sedang menjalani perawatan di rumah sakit rujukan daerah di Mubende. “Para ahli kami sudah bekerja di lapangan dengan tim pengendalian Ebola yang berpengalaman di Uganda untuk memperkuat pengawasan, diagnosis, pengobatan, dan tindakan pencegahan,” kata Direktur Darurat di Kantor Regional WHO untuk Afrika Abdou Salam Gueye.
Uganda kembali mengumumkan munculnya wabah Ebola pada Selasa (20/9) lalu. Pengumuman itu disiarkan setelah terdapat seorang warga yang terinfeksi penyakit tersebut kemudian meninggal.“Kami ingin memberitahu negara bahwa kita memiliki wabah Ebola yang kami konfirmasi kemarin,” kata sekretaris tetap Kementerian Kesehatan Uganda, Diana Atwine, dalam konferensi pers.
Dia mengungkapkan, warga yang terinfeksi kemudian meninggal adalah pria berusia 24 tahun asal distrik Mubende. Menurut Atwine, sebelum meninggal, pasien tersebut menunjukkan gejala berupa demam tinggi, diare dan sakit perut, serta muntah darah. Awalnya pria itu dirawat karena malaria.
WHO Afrika mengungkapkan, mereka telah mengerahkan tim ke daerah di Uganda yang sudah mendeteksi Ebola. Mereka akan membantu Uganda melakukan penyelidikan dan penelusuran tentang bagaimana Ebola muncul kembali di sana. Ebola yang ditemukan di negara tersebut merupakan jenis “Sudan”.
Direktur WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti mengungkapkan, ini adalah pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade Uganda melaporkan jenis Ebola Sudan. “Kami bekerja sama dengan otoritas kesehatan nasional untuk menyelidiki sumber wabah ini sambil mendukung upaya untuk segera meluncurkan langkah-langkah pengendalian yang efektif,” ucapnya.
Meski demikian, Moeti mengisyaratkan tak terlalu mencemaskan kemunculan kembali Ebola di Uganda. “Uganda tidak asing dengan pengendalian Ebola yang efektif. Berkat keahliannya, tindakan telah diambil untuk mendeteksi virus dengan cepat, dan kami dapat mengandalkan pengetahuan ini untuk menghentikan penyebaran infeksi,” ujarnya.
Uganda terakhir kali melaporkan kasus Ebola Sudan pada 2012. Negara tersebut terakhir kali mendeteksi Ebola pada 2019, yakni dengan jenis “Zaire”. Virus Ebola berasal dari kelelawar. Penyakit tersebut pertama kali muncul di Republik Demokratik Kongo pada 1976. Kemudian ditemukan pula di Zaire.
Sejak saat ini, Ebola memicu serangkaian epidemi di Afrika. Hingga kini sekitar 15 ribu orang di benua tersebut meninggal setelah terinfeksi penyakit tersebut. Ebola menular lewat cairan tubuh. Individu yang terpapar akan mengalami beberapa gejala, antara lain muntah, pendarahan, dan diare.