Jumat 07 Oct 2022 19:50 WIB

Iran Sebut Mahsa Amini Tewas Karena Hipoksia Serebral

Kematian Amini bukan akibat pukulan di kepala dan anggota badan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Simi Mohajer, tengah, berpartisipasi dalam rapat umum menyerukan perubahan rezim di Iran setelah kematian Mahsa Amini, seorang wanita muda yang meninggal setelah ditangkap di Teheran oleh
Foto:

Unggahan tersebut telah secara luas disampaikan di media sosial lainnya, termasuk Facebook dan Twitter. Seorang anggota Parlemen Eropa Swedia, Abir Al-Sahlani juga melakukan aksi potong rambut saat berpidato di majelis Uni Eropa. Langkah ini diambil sebagai aksi solidaritas dengan demonstrasi anti-pemerintah di Iran yang dipicu oleh kematian Amini.

"Sampai Iran bebas, kemarahan kami akan lebih besar dari para penindas. Sampai perempuan Iran bebas, kami akan mendukung Anda," kata Al-Sahlani yang merupakan kelahiran Irak di parlemen di Strasbourg, Prancis, Selasa (4/10/2022) malam.  

Al-Sahlani mengambil gunting dan berkata "Jin, Jiyan, Azadi" dalam bahasa Kurdi yang artinya "Wanita, Kehidupan, Kebebasan". Dia kemudian memotong kuncir kudanya.  

Para ulama Iran telah bergulat dengan kerusuhan nasional terbesar dalam beberapa tahun sejak kematian Amini. Aksi protes telah menyebar ke luar negeri termasuk London, Paris, Roma dan Madrid dalam solidaritas dengan demonstran Iran.

“Perempuan Iran mengharapkan dukungan dari komunitas internasional.  Ini adalah cara yang indah untuk menunjukkan dukungan itu," kata pengacara Prancis, Richard Sedillot, yang memprakarsai aksi potong rambut tersebut, kepada Reuters.

"Ini baru langkah awal, saya harap semua orang di dunia akan mengikuti (aksi ini), tidak hanya aktris tetapi semua orang. Pria juga bisa memotong rambut mereka, saya pikir itu akan terjadi," kata Sedillot menambahkan.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Senin (3/10/2022) menuduh Amerika Serikat (AS) dan Israel merencanakan protes besar-besaran menyusul kematian Mahsa Amini (22 tahun) di dalam tahanan. Khamenei mengatakan, protes tersebut merupakan plot asing untuk mengacaukan Iran.

“Kerusuhan ini sudah direncanakan. Kerusuhan dan ketidakamanan ini dirancang oleh Amerika dan rezim Zionis, dan pendukung mereka," ujar Khamenei.

Khamenei menggambarkan, tindakan pengunjuk rasa yang merobek jilbab, membakar masjid, bank, dan mobil polisi sebagai aksi yang tidak normal dan tidak wajar di Iran. Televisi pemerintah Iran melaporkan, jumlah korban tewas akibat bentrokan keras antara pengunjuk rasa dan petugas keamanan mencapai 41 orang.  Kelompok hak asasi manusia, Amnesty International yang berbasis di London telah mengidentifikasi 52 korban, termasuk lima perempuan dan lima anak-anak. Sementara pejabat lokal melaporkan setidaknya 1.500 penangkapan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement