REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina telah kehilangan sumber daya eksternalnya akibat dari penembakan dan serangan belum lama ini. Pembangkit nuklir terbesar di Eropa itu sekarang mengandalkan generator diesel darurat.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan sambungan pembangkit ke saluran listrik dengan daya 750 kilovolt terputus pada Sabtu (8/10)/2022 sekitar pukul 01.00 dini hari waktu setempat. Keenam reaktor di pembangkit tersebut telah dimatikan. Tetapi mereka masih membutuhkan listrik untuk pendinginan dan fungsi keselamatan lainnya.
Sejumlah insinyur berupaya memperbaiki saluran listrik yang rusak dan generator di pembangkit. Masing-masing generator memiliki bahan bakar yang cukup untuk setidaknya 10 hari.
“Dimulainya kembali penembakan, yang mengenai satu-satunya sumber daya eksternal pabrik, sangat tidak bertanggung jawab,” kata Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi dalam sebuah pernyataan.
Grossi mengunjungi Kiev pada Kamis (6/10/2022). Grossi berencana mengunjungi Rusia, dan kembali melakukan perjalanan ke Ukraina, untuk melanjutkan upaya mendirikan zona perlindungan keamanan dan keselamatan nuklir di sekitar pembangkit.
“Ini adalah keharusan mutlak dan mendesak,” kata Grossi.
Zaporizhzhia adalah salah satu dari empat wilayah yang dicaplok Rusia. Sementara pembangkit nuklir Zaporizhzhia telah berada di bawah kendali Rusia selama berbulan-bulan.
Sebelumnya, pada Rabu (5/10/2022), Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit yang menyatakan Rusia mengambil alih pembangkit tersebut. Kementerian Luar Negeri Ukraina menyebut langkah Putin sebagai tindakan kriminal. Operator nuklir negara Ukraina, Energoatom mengatakan mereka akan terus mengoperasikan pembangkit tersebut.