Selasa 11 Oct 2022 16:35 WIB

Mahathir: Jika UMNO Menang Pemilu, Najib Razak Bebas

Mantan PM Malaysia Najib Razak akan dibebaskan jika partainya menang pemilu

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Politisi veteran Malaysia dan pemimpin oposisi Mahathir Mohamad pada Selasa (11/10/2022) memprediksi, mantan perdana menteri Najib Razak akan dibebaskan dari penjara jika partainya memenangkan pemilihan umum mendatang.
Foto: EPA-EFE/AHMAD YUSNI
Politisi veteran Malaysia dan pemimpin oposisi Mahathir Mohamad pada Selasa (11/10/2022) memprediksi, mantan perdana menteri Najib Razak akan dibebaskan dari penjara jika partainya memenangkan pemilihan umum mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Politisi veteran Malaysia dan pemimpin oposisi Mahathir Mohamad pada Selasa (11/10/2022) memprediksi, mantan perdana menteri Najib Razak akan dibebaskan dari penjara jika partainya memenangkan pemilihan umum mendatang.

Najib memulai hukuman penjara 12 tahun pada Agustus setelah dinyatakan bersalah dalam beberapa kasus terkait penyelewengan dana negara senilai miliaran dolar dari 1Malaysia Development Berhad (1MDB).  

Baca Juga

Malaysia akan mengadakan pemilihan umum dalam beberapa pekan mendatang, setelah Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob membubarkan parlemen pada Senin (10/10/2022). Ismail melawan tekanan dari faksi-faksi di Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang berkuasa dan tetap setia kepada Najib

Mahathir memperingatkan, UMNO akan segera membebaskan Najib dari penjara melalui pengampunan kerajaan. Jika memenangkan pemilihan umum, maka politisi UMNO yang terkena skandal korupsi akan dibebaskan.

“Jika mereka bisa menang dan membentuk pemerintahan, itu adalah tujuan pertama, bukan tentang kesejahteraan rakyat,” ujar Mahathir.

Mahathir mengatakan, jika UMNO menang pemilu maka penuntutan pidana terhadap Presiden UMNO Ahmad Zahid Hamidi, yang menghadapi 47 dakwaan korupsi dalam kasus yang tidak terkait dengan 1MDB, juga akan dibatalkan. Najib dan Zahid sama-sama mengaku tidak bersalah, dan mengatakan bahwa mereka adalah korban dendam politik.  Mereka berdua diadili, bersama dengan para pemimpin partai lainnya, setelah UMNO kalah dalam pemilihan 2018 untuk pertama kalinya dalam sejarah Malaysia. Ketika itu, UMNO kalah karena munculnya kasus 1MDB dan skandal korupsi lainnya.

Setelah memimpin negara itu selama 22 tahun hingga tahun 2003, Mahathir  membentuk koalisi untuk mengalahkan Najib. Tetapi aliansi itu runtuh pada 2020, sehingga mengakhiri tugas kedua Mahathir sebagai perdana menteri dan memungkinkan UMNO kembali berkuasa. Mahathir yang sekarang berusia 97 tahun, mengatakan, dia akan mempertahankan kursi parlemennya dalam pemilihan. Dia bertekad untuk berkerja dengan siapa pun untuk mengalahkan UMNO.

UMNO berharap dapat memenangkan mandat yang cukup besar dalam pemilu mendatang untuk membentuk pemerintahan sendiri, tanpa mitra koalisi di bawah pemerintahan Ismail. Para pemimpin oposisi lainnya mengecam UMNO karena mendorong pemilihan awal pada saat ekonomi melambat.

"Salah satu tujuan eksplisit atau implisit UMNO dalam pemilihan umum adalah untuk membebaskan Najib dan protagonis lain dari skandal 1MDB dari tanggung jawab pidana," ujar pemimpin oposisi Partai Aksi Demokrat, Lim Kit Siang.

Skandal 1MDB yang meluas telah melibatkan lembaga keuangan dan pejabat tinggi secara global.  Setidaknya enam negara membuka penyelidikan terkait penyelewengan dana tersebut. Penyelidik mengatakan, dana yang diselewengkan dari 1MDB mencapai sekitar 4,5 miliar dolar AS.

1MDB didirikan oleh Najib selama tahun pertamanya sebagai perdana menteri pada 2009. Lebih dari 1 miliar dolar AS dana 1MDB masuk ke rekening yang terkait dengan Najib. Selama persidangan Najib mengaku tidak bersalah. Dia mengatakan telah dijebak oleh pejabat 1MDB.

Departemen Kehakiman AS ikut menyelidiki kasus 1MDB. Departemen Kehakiman  menyebutnya sebagai penyelidikan kleptokrasi terbesar.

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement