REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pihak berwenang Ukraina pada Senin (31/10/2022) melaporkan serangan rudal Rusia di seluruh negeri. Serangan rudal terjadi setelah Moskow menyalahkan Kiev atas serangan terhadap armada mereka di Laut Hitam. Ukraina juga mengecam Rusia yang menarik diri dari kesepakatan untuk mengizinkan pengiriman gandum Ukraina.
Rusia dan Ukraina merupakan pengekspor makanan terbesar di dunia. Blokade Rusia terhadap pengiriman biji-bijian Ukraina menyebabkan krisis pangan global awal tahun ini. Rusia sebelumnya mengatakan, mereka akan menghentikan kerja sama ekspor biji-bijian dan gandum.
“Rudal Rusia menghantam infrastruktur kritis Ukraina. Alih-alih bertempur di medan perang, Rusia memerangi warga sipil. Jangan membenarkan serangan ini dengan menyebut mereka sebagai 'tanggapan'. Rusia melakukan ini karena masih memiliki rudal dan keinginan untuk membunuh warga Ukraina," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Oleg Nikolenko, mengatakan, rudal telah menghantam infrastruktur energi di Kiev dan kota-kota lain. Serangan ini menyebabkan pemadaman listrik dan air.
“Rusia tidak tertarik pada pembicaraan damai, atau keamanan pangan global. Satu-satunya tujuan (Presiden Rusia Vladimir) Putin adalah kematian dan kehancuran," kata Nikolenko.
Sejauh ini belum ada tanggapan dari Moskow atas tuduhan serangan rudal tersebut. Moskow menuduh Kiev menyerang Armada Laut Hitam di pelabuhan Krimea dengan 16 pesawat tak berawak pada Sabtu (29/10/2022).
Ukraina tidak membenarkan atau membantah bahwa mereka terlibat dalam serangan terhadap armada Rusia. Di antara kapal yang ditahan terdapat satu kapal yang membawa puluhan ribu ton gandum. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, kapal itu disewa oleh Program Pangan Dunia PBB untuk tanggap darurat di Tanduk Afrika. Kementerian Infrastruktur Ukraina mengatakan, total ada 218 kapal yang diblokir secara efektif.
Kesepakatan pengiriman biji-bijian mengharuskan Rusia dan Ukraina untuk mengoordinasikan inspeksi dan transit kapal melalui Laut Hitam, yang bekerja sama dengan PBB dan Turki sebagai mediator.
Tidak ada kapal yang bergerak pada Ahad (30/10/2022). Perserikatan Bangsa-Bangsa bersama Turki dan Ukraina sepakat memberlakukan rencana transit terhadap 16 kapal untuk memindahkan biji-bijian di Laut Hitam pada Senin (31/10/2022). Rincian pergerakan kapal tersebut yaitu 12 kapal keluar dan empat kapal masuk.
PBB mengatakan, para pejabat Rusia telah menerima pemberitahuan tentang rencana tersebut. PBB juga telah memberikan pemberitahuan kepada Rusia terkait rencana untuk memeriksa 40 kapal keluar pada Senin. PBB mencatat bahwa semua anggota berkoordinasi dengan militer masing-masing dan otoritas terkait lainnya untuk memastikan perjalanan kapal yang aman di bawah kesepakatan.