Selasa 08 Nov 2022 21:19 WIB

Turki Mulai Membayar Impor Gas Rusia Pakai Mata Uang Rubel

Turki juga mencoba untuk meningkatkan perdagangan menggunakan mata uang lira.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Turki membayar sebagian gas alamnya yang diimpor dari Rusia dalam mata uang rubel.
Foto: ap/Alexandr Demyanchuk/Pool Sputnik Kremlin
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Turki membayar sebagian gas alamnya yang diimpor dari Rusia dalam mata uang rubel.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki membayar sebagian gas alamnya yang diimpor dari Rusia dalam mata uang rubel. Dalam sebuah wawancara dengan TRT Haber pada Selasa (8/11/2022), Menteri Energi Turki Fatih Donmez mengatakan, dalam beberapa bulan mendatang pembayaran perdagangan energi dengan mata uang lokal dengan Rusia akan meningkat.

Kremlin menyerukan kepada negara yang membeli enegi dari Rusia untuk membayar dalam mata uang rubel. Sebelumnya sebagian besar transaksi energi internasional dilakukan dalam mata uang dolar AS atau euro.

Baca Juga

Turki juga mencoba untuk meningkatkan perdagangan menggunakan mata uang lira. Ankara dan Moskow pada September sepakat untuk memulai pembayaran impor pasokan gas alam dengan rubel.

Ketika ditanya tentang proposal Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menjadika Turki sebagai pusat gas alam, Donmez mengatakan, Ankara akan menyusun peta jalan pada akhir tahun ini. Turki juga akan mengadakan konferensi untuk pemasok dan pembeli.

“Kita bisa mengadakan konferensi gas internasional, mungkin pada Januari atau Februari, untuk mempertemukan pemasok gas dan negara-negara importir untuk mengambil pendapat mereka, kami akan melanjutkan sesuai dengan kesepakatan itu,” kata Donmez.

Bulan lalu, Putin mengusulkan Turki sebagai basis pasokan gas sebagai rute alternatif setelah jaringan pipa Nord Stream di bawah Laut Baltik rusak akibat ledakan. Presiden Turki Tayyip Erdogan setuju dengan gagasan itu.

Uni Eropa berusaha untuk melepaskan ketergantungan energi Rusia. Langkah ini diambil sebagai bagian dari sanksi akivat invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai sejak Februari. Uni Eropa sebelumnya mengandalkan pasokan gas sekitar 40 persen dari Rusia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement