Jumat 18 Nov 2022 18:19 WIB

Kelangkaan Air Mengancam Ketahanan Pangan di Timur Tengah

Air menjadi syarat utama dalam mewujudkan ketahanan pangan di Timur Tengah

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Petani Palestina (ilustrasi). Air menjadi syarat utama dalam mewujudkan ketahanan pangan di Timur Tengah
Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Petani Palestina (ilustrasi). Air menjadi syarat utama dalam mewujudkan ketahanan pangan di Timur Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO — Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyatakan keprihatinannya atas krisis kelangkaan air yang memburuk khususnya di Timur Tengah. 

Menurut lembaga ini krisis air saat ini akan mengancam ketahanan pangan di wilayah tersebut.

Baca Juga

Peneliti pertanian dan spesialis pengelolaan sumber daya air di FAO, Jean-Marc Faures, mengatakan makanan adalah salah satu sektor yang paling terpengaruh oleh konsekuensi perubahan iklim dan air adalah masalah nomor satu khususnya di Timur Tengah dan di dunia. 

“Jawaban untuk semua masalah pertanian adalah air!” kata Faures dalam Konferensi COP27 di Sharm El-Sheikh, Mesir timur, dilansir dari Anadolu Agency, Jumat (18/11/2022).

“Wilayah Timur Tengah secara alami mengalami kekurangan air, jika kita menambahkan perubahan iklim ini, jumlah air yang sudah langka akan sangat terpengaruh,” sambungnya. 

Dia lebih lanjut mengatakan bahwa Timur Tengah tidak kekurangan air minum, tetapi cukup air untuk menghasilkan makanan.  

Sedangkan mengenai dampak perubahan iklim terhadap air dan pertanian, menurutnya petani bergantung pada iklim untuk aktivitas mereka, dan saat ini iklim telah berubah, sehingga petani pun terpengaruh. 

"Petani bertanya-tanya apakah mereka masih bisa menanam tanaman yang sama, atau akan hancur karena kenaikan suhu," katanya. 

"Perubahan curah hujan, pola dan jumlahnya, dan kekeringan yang lebih lama mempengaruhi irigasi tanaman, ada perkiraan yang menunjukkan bahwa perubahan iklim akan mengubah persentase hujan yang berhubungan dengan irigasi,” kata dia. 

Menurut Faures ada sejumlah lembaga internasional yang didirikan untuk menghadapi krisis kelangkaan air melalui aksi kooperatif. 

Lembaga yang menangani masalah air di kawasan ini, di antaranya The International Center for Agricultural Research in the Dry Areas (ICARDA), International Center for Biosaline Agriculture, dan International Water Management Institute (IWMI). 

Faures menyatakan bahwa FAO meluncurkan Prakarsa Kelangkaan Air dengan tujuan kerjasama bersama dengan lembaga-lembaga itu sehingga proyek yang sama dapat dilakukan dengan cara yang terkoordinasi dan harmonis. 

“Melalui pertemuan-pertemuan ini, kami bertukar visi, berbagi penelitian kami, dan menjelaskan pekerjaan lapangan dan proyek kami di lapangan,” kata dia.

 

Sumber: anadolu 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement