Kamis 22 Dec 2022 08:09 WIB

Rusia Tingkatkan Personel Militer di Ukraina Hingga 1,5 Juta Tentara

Anggota militer itu juga mencakup 695.000 tentara kontrak sukarela.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Dalam foto selebaran yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia, Presiden Rusia Vladimir Putin, tengah, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, kiri, dan Wakil Komandan Pasukan Lintas Udara Anatoly Kontsevoy, kanan, mengunjungi pusat pelatihan militer Distrik Militer Barat untuk mengerahkan pasukan cadangan di Wilayah Ryazan, Rusia, Kamis, 20 Oktober 2022.
Foto: AP/Russian Defense Ministry Press S
Dalam foto selebaran yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia, Presiden Rusia Vladimir Putin, tengah, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, kiri, dan Wakil Komandan Pasukan Lintas Udara Anatoly Kontsevoy, kanan, mengunjungi pusat pelatihan militer Distrik Militer Barat untuk mengerahkan pasukan cadangan di Wilayah Ryazan, Rusia, Kamis, 20 Oktober 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia akan meningkatkan jumlah personel militer dari 1 juta menjadi 1,5 juta untuk dikirim ke medan perang di Ukraina. Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan, 1,5 juta anggota militer mencakup 695.000 tentara kontrak sukarela.  

Namun Shoigu tidak mengatakan kapan peningkatan kekuatan militer akan terlaksana. Shoigu juga mengumumkan rencana untuk membentuk unit militer baru di Rusia barat. Langkah ini bertujuan untuk mengimbangi rencana Finlandia dan Swedia yang berencana bergabung dengan NATO.

Baca Juga

Dalam pertemuan dengan pejabat tinggi militer, Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan pertempuran di Ukraina sebagai "sebuah tragedi". Tetapi dia berjanji untuk melanjutkan operasi militer sampai tujuannya tercapai.  

Pada September Putin memerintahkan mobilisasi 300.000 tentara cadangan untuk memperkuat pasukan Rusia di Ukraina. Putin mengatakan, 150.000 dari mereka telah dikerahkan ke zona pertempuran di Ukraina, sementara sisanya menjalani pelatihan.

Dalam pidato pada Rabu (20/12/2022), Putin kembali menuduh Barat memprovokasi konflik di Ukraina. Putin menilai langkah Barar ini sebagai bagian dari upaya selama berabad-abad untuk melemahkan dan memecah Rusia. Ukraina dan sekutu Baratnya telah menolak retorika semacam itu. Mereka menggambarkan serangan Rusia sebagai tindakan agresi yang tidak beralasan.

“Kami selalu menganggap rakyat Ukraina sebagai saudara, dan saya masih berpikir demikian. Apa yang terjadi memang sebuah tragedi, tapi itu bukan akibat dari kebijakan kami," ujar Putin.

“Selama berabad-abad, musuh strategis kita telah menetapkan tujuan untuk menghancurkan dan melemahkan negara kita. Saya melihatnya sebagai terlalu besar dan menimbulkan potensi ancaman,” kata Putin.

Putin mengirim pasukan militernya ke Ukraina pada Februari dengan tujuan untuk demiliterisasi, dan mencegah negara itu bergabung dengan NATO serta menjadi benteng anti-Rusia. Putin juga mengklaim operasi militer itu bertujuan untuk "denazifikasi" Ukraina dan membebaskannya dari pengaruh kelompok nasionalis radikal dan neo-Nazi. 

Namun semua tuduhan Rusia tersebut ditepis Ukraina dan sekutunya. Putin berkomitmen akan meneruskan operasi militer Rusia di Ukraina sampai tujuannya tercapai.

“Saya tidak ragu bahwa semua tujuan yang ditetapkan akan tercapai,” kata Putin. 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement