REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Miliarder Dubai Khalaf Al Habtoor, yang merupakan pendiri dan konglomerat Al Habtoor Group, menawarkan beasiswa kepada 100 mahasiswi Afghanistan di Dubai. Tawaran ini diberikan setelah pemerintahan Afghanistan di bawah Taliban melarang perempuan mengakses perguruan tinggi.
Al Habtoor mengatakan, keputusan Taliban sangat disayangkan. Dia bersedia memberikan beasiswa kepada mahasiswi Afghanistan melalui kerja sama dengan otoritas terkait.
“Merampas pendidikan mahasiswi Afghanistan sangat disayangkan dan menyedihkan. Oleh karena itu, jauh dari sikap politik apa pun, saya siap bekerja sama dengan otoritas resmi terkait, untuk menampung 100 mahasiswi dan memberi mereka kesempatan untuk menyelesaikan studi mereka di universitas Dubai,” kata Al Habtoor, dilaporkan Khaleej Times, Jumat (23/12/2022).
Al Habtoor adalah seorang dermawan global terkenal yang percaya bahwa filantropi harus terlepas dari ras, agama, dan geografi. Dia berkontribusi terhadap institusi yang menghasilkan kemajuan manusia, termasuk Pusat Simulasi di Dubai Harvard Foundation for Medical Research dan Leadership Centre di Illinois College, Amerika Serikat (AS).
Menteri Pendidikan Tnggi di bawah pemerintahan Taliban, Nida Mohammad Nadim, pada Kamis (22/12/2022) membela keputusannya untuk melarang perempuan mengakses perguruan tinggi. Keputusan kontroversial ini telah memicu reaksi global.
Nadim mengatakan, larangan yang dikeluarkan awal pekan ini diperlukan untuk mencegah pencampuran gender di universitas. Dia meyakini beberapa mata pelajaran yang diajarkan di kampus melanggar prinsip-prinsip Islam. Dia mengatakan larangan itu berlaku sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Dalam sebuah wawancara dengan televisi Afghanistan, Nadim menolak kecaman internasional yang meluas, termasuk dari negara-negara mayoritas Muslim seperti Arab Saudi, Turki dan Qatar. Nadim mengatakan, orang asing harus berhenti mencampuri urusan dalam negeri Afghanistan.
Nadim merupakan mantan gubernur provinsi, kepala polisi dan komandan militer. Nadim diangkat menjadi menteri oleh pemimpin tertinggi Taliban pada Oktober. Sebelumnya, dia berjanji untuk menghapus sekolah sekuler.
Nadim menentang pendidikan perempuan. Dia berpendapat perempuan yang mengenyam pendidikan bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan Afghanistan. Alasan lain Nadim melarang perempuan mengakses pendidikan tinggi adalah mereka tidak mematuhi aturan berpakaian dan mempelajari mata pelajaran serta kursus tertentu.
Nadim menambahkan, pemerintahan Taliban sedang berupaya untuk memperbaiki masalah tersebut. Menurutnya, universitas akan dibuka kembali untuk perempuan setelah beberapa masalah diselesaikan.
“Kami mengatakan kepada gadis-gadis untuk memakai jilbab yang benar, tetapi mereka tidak melakukannya dan mereka mengenakan gaun seperti mereka akan pergi ke upacara pernikahan,” kata Nadim.
“Para perempuan belajar tentang pertanian dan teknik, tetapi ini tidak sesuai dengan budaya Afghanistan. Anak perempuan harus belajar, tetapi tidak di bidang yang bertentangan dengan Islam dan kehormatan Afghanistan," ujar Nadim.
Klik halaman 2 untuk melanjutkan membaca!