REPUBLIKA.CO.ID, CHISINAU - Presiden Moldova Maia Sandu, yang terpilih pada 2020, menyatakan harapan negaranya untuk bergabung dengan Uni Eropa (UE) sebelum 2030. Negara tersebut sudah mendaftar menjadi calon anggota pada Juni ketika memperpanjang status yang sama ke negara tetangga Ukraina.
"Keinginan saya sangat ambisius," kata Sandu dalam sambutannya yang disiarkan di saluran televisi publik Moldova-1. "Saya pikir kita harus menjadi anggota Uni Eropa pada akhir dekade ini," imbuhnya.
Pencalonan anggota UE bagi Moldova merupakan kemenangan diplomatik bagi Sandu. Moldova adalah salah satu negara termiskin di Eropa dan menghadapi banyak kesulitan ekonomi.
Masuk menjadi anggota UE melibatkan proses yang panjang dan rumit untuk menyelaraskan undang-undang setempat. Namun menurut menteri ekonomi baru Moldova, Dumitru Alaiba, ia sedang memetakan reformasi jangka panjang dan akan memangkas birokrasi untuk meletakkan dasar ekonomi yang ramah bisnis dan mempercepat masuk negaranya ke UE.
Dia mengatakan prioritasnya akan mencakup deregulasi ekonomi. Selain itu, negaranya juga bakal merombak sistem pajak yang cukup rumit yang telah menghalangi investor, memungkinkan korupsi berkembang, dan membatasi pendapatan.
Moldova telah berusaha untuk melepaskan diri dari gas Rusia karena berurusan dengan pemadaman listrik yang sebagian disebabkan oleh serangan Moskow terhadap infrastruktur listrik negara tetangga Ukraina. Hal itu juga menghadapi protes atas inflasi yang melonjak.
Sebagai tanda kemajuan pada Rabu lalu, perusahaan utilitas negara Moldova Energocom mengumumkan kesepakatan untuk Nuclearelectrica Rumania untuk memasok listrik yang cukup bagi pemenuhan 80 persen dari kekurangan yang diantisipasi pada Januari 2023. Produsen listrik Rumania telah diberikan izin untuk menjual listrik ke Moldova pada 450 lei per megawatt per jam, di bawah batas khusus akibat perang di Ukraina.