REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Seorang hakim federal Kota Meksiko memutuskan untuk menangguhkan proses ekstradisi Ovidio Guzman-Lopez, putra dari gembong kartel Meksiko, Joaquin "El Chapo" Guzman. Ovidio ditangkap pasukan keamanan Meksiko pada Kamis (5/1/2023).
Penangkapan Ovidio, yang dikenal dengan julukan "The Mouse", memicu kerusuhan dan huru-hara yang telah menewaskan 29 orang. Dilaporkan laman CNN, ekstradisi Ovidio ke Negeri Paman Sam seharusnya berlangsung pada Jumat (6/1/2023) lalu.
AS memang tengah memburu Ovidio terkait kasus perdagangan narkoba. Washington bahkan menawarkan hadiah hingga lima juta dolar AS bagi siapa pun yang dapat memberikan informasi tentang keberadaan Ovidio.
Pada Kamis lalu, Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard mengonfirmasi adanya surat perintah penangkapan di AS terhadap Ovidio tertanggal 19 September 2019. Namun, Ebrard mengatakan, Ovidio kemungkinan tidak akan segera diekstradisi. Sebab putra El Chapo itu tengah menjalani proses hukum di Meksiko.
Menurut jaringan televisi dan media Meksiko lainnya, hakim federal lainnya kemudian memerintahkan Guzmán tinggal dalam 60 hari penahanan preventif untuk tujuan ekstradisi setelah sidang di penjara federal dengan keamanan maksimum Altiplano, tempat dia ditahan. Belum ada komentar atau pernyataan resmi dari tim pengacara Ovidio.
Ayah Ovidio, El Chapo, juga sempat ditahan di Altiplano. Namun, dia kabur pada 11 Juli 2015 melalui terowongan sepanjang 1,6 km yang diyakini dibangun anak-anak buahnya.
Pada 2017, El Chapo kembali ditangkap, kemudian diekstradisi ke AS. Di Negeri Paman Sam, El Chapo menghadapi 10 dakwaan, termasuk terlibat kejahatan berkelanjutan, perdagangan narkoba, dan tuduhan terkait senjata api.
El Chapo dijatuhi hukuman penjara seumur hidup ditambah 30 tahun. Dia juga diperintahkan membayar penyitaan 12,6 miliar dolar AS pada 2019.