Selasa 10 Jan 2023 10:49 WIB

Hizbullah Ingin Kirim Pasukan Elite Bantu Palestina Lawan Israel

Tel Aviv dinilai takut akan meningkatnya kekuatan kelompok perlawanan Lebanon.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Hizbullah, sayap militer Lebanon yang berhasil mengusir Israel dari pada 2006 silam.
Foto: Reuters
Hizbullah, sayap militer Lebanon yang berhasil mengusir Israel dari pada 2006 silam.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Hizbullah Lebanon telah memperingatkan, tidak akan meninggalkan Palestina sendirian menghadapi Israel. Pejabat senior Hizbullah Hassan Hoballah menyatakan, salah satu cara dengan mendorong potensi gerakan Brigade Al-Ridwan untuk memasuki wilayah Palestina.

Hoballah mengatakan, Israel tahu bahwa pertempuran dengan poros perlawanan merupakan keputusan yang tidak mungkin. Tel Aviv dinilai ketakutan akan meningkatnya kekuatan kelompok perlawanan Lebanon.

Baca Juga

"Perlawanan sekarang mengelilingi Palestina dan memiliki senjata yang akan mengubah aturan keterlibatan. Itulah mengapa kami melihat ke masa depan dengan banyak harapan," ujar Hoballah dikutip dari middleeastmonitor, Senin (9/1/2023).

Pejabat Hizbullah yang bertanggung jawab atas hubungan Palestina menyatakan kepada Rai al-Youm, banyak jurnalis dan pakar Israel menginginkan informasi tentang Brigade Al-Ridwan yang juga dikenal sebagai Pasukan Khusus Al-Ridwan.

Mereka percaya bahwa itu akan mengambil alih wilayah Al-Jaleel di Galilea utara. Brigade tersebut terdiri dari para pejuang elite Hizbullah dan ditugaskan untuk menjalankan misi rahasia.

"Perlawanan di Lebanon telah memberlakukan keseimbangan baru yang mencegah Israel melakukan serangan apa pun untuk menghindari tanggapan apa pun," kata Hoballah.

Hoballah menyatakan, Amerika Serikat (AS) telah menyarankan Israel untuk tidak mengubah aturan permainan di Palestina. Peringatan itu menyusul kunjungan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben- Gvir ke area Masjid Al-Aqsa.

Menurut Hoballah, AS dan Israel telah mengubah strategi mereka di wilayah tersebut. Mereka memilih untuk mengurangi konfrontasi militer dan lebih mendorong tindakan keras dalam perekonomian dan komersial. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement