REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Salah satu sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Selasa (10/1/2023), bahwa Rusia kini berperang melawan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Ukraina, bukan berperang dengan Ukraina. Ia juga menilai Barat berupaya mengoyak Rusia dan pada akhirnya menghapusnya dari peta politik dunia.
"Peristiwa di Ukraina bukanlah bentrokan antara Moskow dan Kiev. Ini adalah konfrontasi militer antara Rusia dan NATO, dan terutama Amerika Serikat dan Inggris," kata Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev kepada surat kabar Argumentii Fakti, dilaporkan kantor berita Reuters, Selasa.
Patrushev menilai negara-negara Barat bertekad untuk memecah belah Rusia sehingga menghapusnya dari peta politik dunia. "Rencana Barat adalah untuk terus memisahkan Rusia, dan akhirnya menghapusnya dari peta politik dunia,” imbuhnya.
Patrushev merupakan mantan mata-mata Soviet yang mengenal Putin sejak 1970-an. Ia adalah sekutu garis keras dan dipandang sebagai salah satu dari sedikit orang yang mampu mempengaruhi presiden Rusia.
Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 telah memicu salah satu konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Perang ini juga termasuk konfrontasi terbesar antara Moskow dan Barat sejak Krisis Misil Kuba 1962.
Negara anggota NATO terus mengirim bantuan persenjataan ke Ukraina dalam perangnya melawan Rusia. AS tercatat menjadi negara yang menyalurkan sumbangan terbesar sejak invasi Rusia dimulai. Anggota NATO mengatakan, pengiriman bantuan bertujuan pertahanan bukan serangan ke Rusia.