REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Presiden Chad, Mahamat Deby dijadwalkan meresmikan kedutaan besar di Israel pada Kamis (2/2/2023). Chad membuka kedutaan di Tel Aviv lima tahun setelah menjalin hubungan bilateral dengan Israel.
“Ini adalah negara yang sarat dengan sejarah dan ini tanah peradaban, dari semua agama monoteistik,” kata Deby kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan video.
"Chad dan Israel hari ini berada pada titik balik yang menentukan dalam hubungan mereka, dan memperbaharui hubungan setelah hampir lima dekade," ujar Deby menambahkan.
Israel dan Chad menjalin hubungan pada 1960-an. Tapi Chad memutuskan hubungan dengan Israel pada 1972 di bawah tekanan lokal dan Arab. Pada 2018, Chad berbalik arah. Mendiang presiden Chad, Idriss Deby mengunjungi Yerusalem pada 2018 dan dijamu oleh Netanyahu. Idriss Deby merupakan ayah dari Mahamat Deby.
"Israel dan Chad menjalin hubungan di bawah mendiang ayah Anda (mantan presiden Chad, Idriss Deby). Kami percaya bahwa kerja sama ini tidak hanya dapat membantu memajukan hubungan dan kerja sama kami, tetapi juga merupakan bagian dari kembalinya Israel ke Afrika dan Afrika kembali ke Israel. Kami memiliki tujuan bersama untuk keamanan, kemakmuran, dan stabilitas," ujar Netanyahu, dilaporkan Anadolu Agency, Rabu (1/2/2023).
Setelah kembali berkuasa bulan lalu, Netanyahu telah berjanji untuk memperluas lingkaran negara-negara Arab atau Muslim yang mengakui Israel.
Lokasi strategis Chad di tengah negara-negara Afrika yang berjuang melawan pemberontakan ekstremis membuatnya menjadi perhatian khusus bagi Israel.
Kantor Netanyahu merilis foto yang menunjukkan kepala agen mata-mata Israel Mossad yang menyambut Deby di bandara. Deby tiba di Israel pada Rabu (1/2/2023). Ini adalah pertama kalinya Deby mengunjungi Israel. Deby menjabat sebagai presiden setelah ayahnya meninggal pada 2021.