Sabtu 04 Feb 2023 02:15 WIB

Israel dan Sudan Normalisasi Hubungan

Sudan mulai mengakui Israel usai perundingan yang difasilitasi AS pada 2020.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Seorang pria berjalan dengan bendera Israel di kamp konsentrasi Auschwitz Nazi setelah peringatan tahunan March of the Living.  Israel dan Sudan memfinalisasi kesepakatan untuk menormalisasi hubungan.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Israel dan Sudan memfinalisasi kesepakatan untuk menormalisasi hubungan. Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan upacara penandatanganan diperkirakan digelar setelah penyerahan kekuasaan dari militer ke pemerintah sipil Sudan.

Sebelumnya Kementerian Luar Negeri Sudan mengatakan perjanjian disepakati dalam kunjungan Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen. "(Untuk) bergerak maju menuju menormalisasi hubungan antara dua negara," katanya.

Baca Juga

Sudan tidak pernah mengakui Israel tapi setelah perundingan yang ditengahi pemerintah mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 2020 lalu Khartoum berjanji mengambil langkah maju menuju hubungan diplomatik dengan Israel. Uni Emirat Arab, Bahrain dan Maroko sudah menormalisasi hubungan dengan Israel dalam kesepakatan yang dikenal sebagai "Perjanjian Ibrahim."

Kunjungan Cohen ke Khartoum merupakan kunjungan pertama pejabat pemerintah Israel yang diakui pemerintah Sudan. Meski beberapa tahun terakhir kedua negara sudah saling bertukar pejabat pemerintah.

"Selama kunjungannya yang dilakukan dengan persetujuan Amerika Serikat, kedua belah pihak memfinalisasi teks kesepakatan," kata Kementerian Luar Negeri Israel dalam pernyataanya, Jumat (3/2/2023).

"Upacara penandatanganan diperkirakan dilakukan setelah penyerahan kekuasaan di Sudan ke pemerintah sipil yang akan dibentuk sebagai bagian dari proses transisi di negara itu," tambahnya.

"Jelas kami sangat menantikan penandatangan perjanjian dan kemudian memiliki perwakilan diplomatik baik di Israel dan di Sudan," kata juru bicara kementerian luar negeri yang ikut dalam delegasi Israel, Lior Haiat.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement