REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Biden pada Rabu (8/2/2023), mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah kehilangan Ukraina. Ia menambahkan bahwa bantuan ke Ukraina selama invasi Rusia bersifat terbuka.
“Tidak mungkin Putin bisa—dia sudah kehilangan Ukraina,” kata Biden. “Dia (Putin) berpikir bahwa jika dia menginvasi Ukraina, pertama-tama, dia akan disambut oleh setiap warga penutur Rusia, seolah mereka akan berkata, 'masuklah.' Kedua, dia berpikir apa yang akan terjadi adalah NATO akan runtuh, NATO akan runtuh, tidak melakukan apa-apa, mereka akan takut untuk bertindak.”
“Lanjutkan, tidak ada yang terjadi,” katanya dalam wawancara PBS News Hour sehari setelah dia menyampaikan pidato kenegaraan.
Biden menggembar-gemborkan bahwa NATO berkoordinasi serius untuk mendukung Ukraina, meskipun Putin berpikir mereka tidak akan melakukannya.
Komentar Biden ini muncul setelah dia menekankan dukungannya untuk Ukraina di tengah invasi Rusia selama State of the Union dan mengakui Oksana Markarova, duta besar Ukraina untuk AS, di antara para hadirin.
Biden juga menolak kritik dari sekelompok kecil anggota parlemen dari Partai Republik yang mengatakan bahwa terlalu banyak bantuan AS akan diberikan ke Ukraina. Judy Woodruff dari PBS menyebutkan Anggota dari Partai Republik, Jim Jordan (R-Ohio) secara khusus, yang telah menyarankan uang yang dihabiskan di Ukraina harus diberikan kepada orang Amerika, telah membuat Biden tertawa terbahak-bahak.
"Jika orang-orang ini tidak ingin membantu Ukraina, saya mengerti, mereka tidak ingin melakukan itu, tetapi apa yang akan mereka lakukan ketika ... Rusia bergerak melintasi Ukraina atau ke Belarusia atau di mana pun?" Biden menambahkan.
Ketika ditanya apakah bantuan ke Ukraina terbuka, Biden menjawab, "ya, benar."
Peringatan pertama invasi Rusia skala penuh dilakukan pada 24 Februari tahun lalu. Sejak itu, bantuan militer AS ke Ukraina telah melampaui sekitar 28 miliar dolar AS.