REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara pamerkan rudal balistik antarbenua (ICBM) dalam parade militer pada Rabu (8/2/2023) malam. Korea Utara juga mengisyaratkan senjata baru berbahan bakar padat.
“Kali ini, (Pemimpin Korea Utara) Kim Jong-un membiarkan kekuatan rudal taktis dan jarak jauh Korea Utara berbicara sendiri,” kata seorang profesor Universitas Ewha di Seoul, Leif-Eric Easley.
"Pesan yang ingin dikirim Pyongyang secara internasional, menunjukkan kemampuannya untuk mencegah dan kemungkinan akan datang dalam bentuk uji coba rudal berbahan bakar padat dan peledakan perangkat nuklir mini," ujar Eric Easley.
Citra yang dirilis oleh outlet media pemerintah KCNA pada parade Rabu malam Korea Utara memamerkan sebanyak 11 rudal ICBM Hwasong-17. Rudal ini diduga dapat menyerang berbagai negara di dunia dengan hulu ledak nuklir. Ankit Panda dari Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di Amerika Serikat mengatakan, sebelas rudal Hwasong-17 bisa cukup untuk membanjiri pertahanan rudal AS saat ini. Korea Utara pertama kali melakukan uji coba Hwasong-17 pada tahun lalu.
“Ini secara kumulatif lebih banyak peluncur ICBM daripada yang pernah kami lihat sebelumnya di parade Korea Utara,” kata Panda.
Dalam parade militer pada Rabu, para analis mengatakan, Korea Utara menampilkan prototipe atau maket ICBM berbahan bakar padat baru di peluncur tabung. Mengembangkan ICBM berbahan bakar padat telah lama dipandang sebagai tujuan utama Korea Utara, karena dapat membuat rudal nuklirnya lebih sulit untuk dikenali dan dihancurkan selama konflik.
Korea Utara mengadakan pawai di Pyongyang untuk memperingati 75 tahun berdirinya militer negara tersebut. Kim Jong-un menghadiri pawai militer itu bersama putrinya. Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengkritik Korea Utara karena mengadakan pawai militer ketika menghadapi krisis pangan dan kesulitan ekonomi yang memburuk.
"Kami mendesak Korea Utara untuk segera menghentikan pengembangan nuklir dan rudal ilegal, dan ancaman nuklir yang sembrono, dan segera kembali ke negosiasi denuklirisasi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, Lim Soo-suk.
Korea Utara mengatakan, program rudal dan pengembangan senjata nuklir berada di bawah hak kedaulatannya untuk membela diri. Program nuklir diperlukan karena kebijakan bermusuhan oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
Pada Desember Korea Utara melakukan uji darat statis pertama dari motor roket propelan padat besar di Stasiun Peluncuran Satelit Sohae. Seorang peneliti di James Martin Center for Nonproliferation Studies (CNS), Dave Schmerler, mengatakan, Korea Utara belum meluncurkan kapal selam misil barunya, jadi senjata pawai menunjukkan sinyal yang disengaja bahwa Pyongyang sedang mengejar penangkal ICBM berbasis darat yang kompleks.
“Hal yang dapat diambil secara umum adalah bahwa kita akan melihat Korea Utara menguji ICBM berbahan bakar padat berbasis darat yang besar,” kata Schmerler.
Sebagian besar rudal balistik terbesar di negara itu menggunakan bahan bakar cair, yang mengharuskannya diisi dengan propelan di lokasi peluncurannya. Proses ini memakan waktu lama.